Beauty Is Pain, Is It Real?

Yohana Novarinda Setia Bunda
Mahasiswi Departemen Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
4 Desember 2022 19:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yohana Novarinda Setia Bunda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Ivan Oboleninov: https://www.pexels.com/photo/woman-in-black-shirt-facing-mirror-211024/
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Ivan Oboleninov: https://www.pexels.com/photo/woman-in-black-shirt-facing-mirror-211024/
ADVERTISEMENT

Ketika menjadi cantik menyebabkan luka: bulimia nervosa dan anorexia nervosa.

“Beauty is pain” adalah ungkapan yang cukup populer di masyarakat yang menggambarkan bahwa menjadi cantik adalah sebuah luka. Ungkapan ini berasal dari pepatah dalam bahasa Prancis yaitu “Il faut souffrir pour être belle” yang dapat diartikan sebagai “Anda harus menderita untuk menjadi cantik”. Terdengar konyol bahwa seseorang, terutama wanita, telah menderita atas persepsi cantik selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Beauty standard yang ada di masyarakat adalah bahwa wanita harus putih dan kurus. Konstruksi dalam masyarakat mengenai penampilan fisik yang menarik ini yang memengaruhi obsesi kaum perempuan untuk mencapai tubuh yang cantik dan ideal. Beauty standard ini menyebabkan ketidakpuasan fisik pada diri wanita ketika melihat dirinya tidak memenuhi beauty standard tersebut.
Ketidakpuasan fisik yang muncul pada wanita menimbulkan kekhawatiran yang serius. Ketidakpuasan tubuh berkorelasi dengan hasil negatif seperti persepsi diri yang negatif, perasaan depresi, hingga gangguan pola makan yang sangat berbahaya. Gangguan pola makan yang kerap muncul adalah anorexia nervosa dan bulimia nervosa.

Apa itu Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa?

Anorexia nervosa adalah gangguan pola makan yang dilakukan dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar atau lebih dikenal dengan istilah self-starvation. Penderita anorexia nervosa sangat memperhatikan kalori, lemak, serta komposisi dalam makanannya. Hal ini dapat menyebabkan malnutrisi dan gangguan hormon yang kemudian dapat menyebabkan gangguan hormon yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat mempengaruhi siklus menstruasi pada perempuan.
ADVERTISEMENT
Bulimia nervosa adalah gangguan pola makan dengan gejala usaha untuk memuntahkan kembali apa yang telah ia makan sebelumnya secara terus-menerus. Bulimia nervosa dapat memicu komplikasi yang serius dan fatal. Frekuensi muntah secara berlebihan dapat merusak gigi akibat asam lambung yang naik dan menyebabkan pembengkakan kelenjar ludah, begitu juga untuk sakit tenggorokan dan bau mulut.

Faktor Penyebab Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa

Menurut Krisnani dkk. (1997), terdapat 3 faktor-faktor penyebab anorexia nervosa dan bulimia nervosa, yaitu:
1. Faktor sosiokultural
Adanya tekanan berlebih terhadap wanita muda untuk mencapai standar tubuh yang terlalu kurus dan cenderung tidak realistis.
2. Faktor psikologis
a. Kurangnya rasa kepemilikan kontrol atas aspek kehidupannya kecuali diet.
b. Diet yang bersifat terlalu membatasi mengakibatkan kurangnya kontrol yang lalu mendorong pelanggaran diet serta menciptakan konsumsi berlebihan yang bersifat bulimik.
ADVERTISEMENT
c. Ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh mendorong untuk melakukan cara-cara yang tidak sehat demi tercapainya berat badan yang diimpikan.
3. Faktor keluarga
Terdapat konflik dalam keluarga, kurangnya pengasuhan serta kedekatan, dan kegagalan dalam membangun otonomi diri.
4. Faktor biologis
Ketidakseimbangan yang mungkin terjadi pada sistem neurotransmiter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan. Faktor keturunan atau genetik juga dapat mempengaruhi pola makan.

Bagaimana cara mengatasinya?

Untuk mengatasi anorexia nervosa serta bulimia nervosa, perlu dilakukan konsultasi serta pengobatan langsung yang dilakukan oleh profesional. Namun, kita dapat melakukan pencegahan dengan melakukan kedua hal di bawah ini:
1. Latihan Olahraga
Menggabungkan latihan aerobik dengan latihan anaerobik secara signifikan meningkatkan body image yang kemudian dapat menurukan ketidakpuasan terhadap tubuh.
ADVERTISEMENT
2. Pencegahan Psychotherapeutic
Geraghty dkk. (2010) menemukan bahwa menggunakan jurnal rasa syukur (ekspresi syukur harian untuk meningkatkan kebahagiaan) dan teknik pemantauan dan menyusun kembali pikiran (berdasarkan terapi perilaku-kognitif) meningkatkan kepuasan tubuh menjadi lebih baik.

Kesimpulan

Beauty standard yang terdapat di masyarakat sangat mempengaruhi persepsi individu, terutama wanita muda, terhadap dirinya sendiri. Ketika dirinya tidak memenuhi standar cantik dalam masyarakat, mereka cenderung memiliki ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang kemudian dapat berakibat fatal. Salah satu dampak yang dapat terjadi adalah gangguan pola makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa. Kita dapat melakukan pencegahan terjadinya gangguan pola makan tersebut dengan latihan olahraga dan dengan melakukan pencegahan psychotherapeutic. Namun, kita tetap harus menghubungi bantuan profesional jika dibutuhkan.
ADVERTISEMENT

Referensi :

Geraghty, A. W. A., Wood, A. M., & Hyland, M. E. (2010). Attrition from self-directed interventions: Investigating the relationship between psychological predictors, intervention content and dropout from a body dissatisfaction intervention. Social Science & Medicine, 71(1), 30–37. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2010.03.007
Krisnani, H., Santoso, M. B., & Putri, D. (2018). Gangguan Makan anorexia nervosa Dan Bulimia Nervosa Pada remaja. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(3), 399. https://doi.org/10.24198/jppm.v4i3.18618