Bayangan Pekat Indonesia di Masa Orde Baru

Yolanda Dermawan
Pelajar di SMA Citra Berkat
Konten dari Pengguna
30 Januari 2024 9:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yolanda Dermawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada zaman orde baru, yaitu sejak diberlakukannya surat perintah 11 maret 1966. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kerasnya otoriter sang pemimpin yang mencegah penyuaraan tertentu dari rakyat. Belum diketahui secara persis siapa dalang penembakan ini, namun banyak yang menaruh curiga pada presiden di masa tersebut. Terbukti dari banyaknya aktivis-aktivis yang jejaknya masih tak nampak hingga kini, bagaikan hilang tertelan bumi. Tak terkecuali dengan penembakan misterius yang kerap dikenal sebagai Petrus.
pexels/Ünsal Demirbaş
Operasi ini sebenarnya berfungsi untuk mengurangi tingkat kejahatan. Hal tersebut juga dilansir dari lama idn.times yang membahas bahwa petrus kerap diberlakukan bagi penjahat maupun preman yang memiliki catatan kriminal. Melihat sisi positifnya, banyak daerah yang kemudian menerapkan juga operasi ini. Namun seiring berjalannya waktu, pelaksanaan petrus tak efektif lagi. Sebab korban yang ditembak merupakan kaum petani maupun buruh yang tak bersalah. Mereka diadili tanpa adanya rasa ampun. Selain petrus, peristiwa yang tak kalah terkenal sekaligus menjadi penutup dari masa pemerintahan orde baru adalah kerusuhan mei 1998. Peristiwa ini diawali dari krisis moneter yang menggiring rasa kepercayaan rakyat untuk mulai luntur pada pemerintah. Demo pun mulai diadakan, mulai dari Medan hingga menjalar ke Jakarta. Tepatnya dimulai dari 12 Mei yang mengakibatkan turunnya mata uang Indonesia pada saat itu. Aksi demonstrasi dari waktu ke waktu semakin tak terkendali. Terutama dari 14 Mei massa sudah menyebar ke berbagai daerah dan berujung pada penjarahan, pembakaran fasilitas umum, dan berbagai tindakan kriminal lain yang kejam.
Pexels/Amine M'siouri
Pada kenyataannya, sasaran tindak kriminal mereka bukan hanya keturunan Tionghoa tapi juga pribumi. Tak berhenti sampai situ, kerusuhan terus menerus berlangsung sampai 15 mei hingga presiden Soeharto menyatakan bersedia untuk mundur dan mengalihkan kekuasaanya pada BJ Habibie. Tepat pada 21 mei 1998 barulah masa kepemimpinannya telah resmi dialihkan. Korban pada peristiwa ini sangat banyak terhitung dari yang sekadar terluka ringan, terluka berat, korban pemerkosaan, korban terkena senjata, dan lainnya. Semakin cerah sesuatu bersinar, semakin gelap pula bayangannya. Sejarah Indonesia di masa orde baru tak dapat dipungkiri kekejamannya. Masih banyak peristiwa-peristiwa lain yang merenggut nyawa masyarakat di zaman tersebut. Untungnya meskipun jauh dari kata sempurna, Indonesia kini sudah kian membaik dan tak ada tragedi semasif dahulu.
ADVERTISEMENT