Revenge Spending, Seberapa Genting?

Yolanda Dermawan
Pelajar di SMA Citra Berkat
Konten dari Pengguna
13 Januari 2024 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yolanda Dermawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Revenge spending bila ditafsirkan secara harfiah merupakan terjemahan dari pembelian balas dendam. Dilansir dari situs resmi OJK (Otoritas Jasa Keuangan), pengertian dari revenge spending adalah pembelian yang melebihi kapasitas biasanya. Hal ini bisa terjadi karena banyak hal, dimulai dari hasrat belanja yang tertunda setelah sekian lama yang kemudian menumpuk. Bisa juga karena pengalaman masa lalu. Sebagai contoh, seorang Ibu yang semasa kecilnya tak bisa mendapatkan mainan kemudian saat dewasa berusaha untuk tidak membuat sang anak merasakan hal yang sama dengan memberikannya banyak mainan. Fenomena ini juga kembali naik daun di Indonesia pada sekitar tahun 2021 saat corona mulai mereda. Pada saat itulah masyarakat Indonesia bahkan dunia mulai untuk membalaskan hasrat belanjanya yang tertunda.
unsplash/Allef Vinicius
Urgensinya untuk diterapkan Pentingnya untuk menangani fenomena ini secara bijak sebab akibat yang ditimbulkan bisa berujung kalap. Dampak-dampak yang ditimbulkan bisa dimulai dari adanya rasa penyesalan hingga tak dapat lagi terkendali. Namun, bila ditarik dari sisi positifnya, ternyata revenge spending juga berpengaruh baik pada pertumbuhan ekonomi. Perlu juga diingat, dalam batas wajar. Tentu saat disandingkan dengan efek negatifnya, akan terasa lebih kontras. Dampak lain akibat dari revenge spending juga termasuk dengan meningkatnya potensi inflasi serta jomplangnya angka permintaan dan penawaran di pasar. Sehingga, akan mengakibatkan suatu komoditas menjadi langka dan tak terkendali.
ADVERTISEMENT
Cara untuk menanggapinya Kesadaran penuh dalam mengelola uang yang kita miliki dapat berperan besar dalam fenomena ini. Berperilaku secara bijak dan berpikir panjang sebagai contoh berikut:
unsplash/Christian dubovan
1. Melakukan budgeting Buatlah ketentuan budget dalam mengeluarkan uang. Melakukan hal ini juga perlu pertimbangan yang matang sehingga budgeting tidak kurang ataupun berlebihan. Sehingga, tidak mengganggu budget untuk kebutuhan. Dengan begitu, kepuasan dalam berbelanja dan pengelolaan uang akan tetap terjaga. 2. Menentukan skala prioritas Dalam menentukan skala prioritas, tentukan juga hal yang dibutuhkan dan hal yang hanya diinginkan. Sebab, manusia memiliki keinginan yang tak terbatas sehingga perlu dibuat pembatasnya sendiri. Pastikan membuat skala prioritas yang akurat dan tidak hanya dipengaruhi oleh kalap semata. 3. Melakukan pencatatan keuangan Dewasa ini, pencatatan keuangan sudah tak sulit lagi untuk dibuat. Sebab, banyak aplikasi yang bisa membantu untuk melakukannya. Pun, buatlah pencatatan yang mudah untuk dipahami diri sendiri sehingga mudah untuk dicerna. Tak perlu pencatatan yang terlalu mendalam bila tak mau, yang terpenting tetap bisa memantau arus uang.
ADVERTISEMENT
Revenge spending tentu tak membahayakan apabila dalam batas wajar, seperti yang sempat disinggung sebelumnya. Alangkah baiknya apabila masyarakat dapat teredukasi cara mengeluarkan uang dengan lebih bijak dan lebih berkelanjutan. Mulailah pengelolaan uang dengan lebih bijak, baik secara mental dan aksi. Dengan demikian, tak perlu lagi adanya revenge spending.