TEKNIK UNISSULA PELAJARI STRUKTUR ANTI GEMPA PROFESOR JEPANG

Your Unissula
Univeristas Terkemuka Terakreditasi A
Konten dari Pengguna
5 September 2019 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Your Unissula tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
TEKNIK UNISSULA PELAJARI STRUKTUR ANTI GEMPA PROFESOR JEPANG
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Fakultas Teknik Unissula menyelenggarakan kuliah pakar dengan menghadirkan Prof Dr Ir Buntara S Gan pada (29/8) di Ruang Program Doktor Teknik Sipil. Ia menyampaikan pada dasarnya secara geologi antara Indonesia dengan Jepang mempunyai persamaan dalam hal ancaman gempa. Mempunyai pertemuan 4 lempengan, hanya saja Jepang lebih cepat dan berpengalaman dalam hal penanganan gempa.
ADVERTISEMENT
Secara kuantitas Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara yang sering terjadi gempa. Indonesia juga sebaiknya menggunakan standart anti gempa dari Jepang karena negara ini berpengalaman dalam menangani gempa.
“Gempa bumi bisa terjadi karena pergeseran lempengan bumi atau sisa dari gempa bumi yang dinamakan sesar-sesar atau patahan. Dan patahan sendiri mempunyai potensi menyebabkan gempa” ungkap Guru Besar dari College of Engineering Departement Architecture Nihon University.
Masih menurut Buntara, penanganan gempa di Jepang menerapkan teknologi anti gempa atau teknologi peringatan dini gempa yaitu smartphone. Jadi setiap terjadi potensi gempa akan di informsikan potensi gmpa mulai dari skala 0, 1, 2, hingga 7 sekalipun. Jadi masyarakat sudah dapat informasi sebelum efek gempa terjadi.
ADVERTISEMENT
Dalam hal struktur bangunan saja ada setidaknya tiga jenis bangunan isolasi, kontrol dan perkuatan. Bangunan isolasi menggunakan lapisan plastik dibawah pondasi atau dasar struktur banguanan sedangkan kontrol menggunakan sistem kontrol berbasis komputasi dalam merespon setiap perubahan getaran dan yang terakhir adalah perkuatan yang hanya menggunakan pondasi kuat tanpa mempertimbangkan kontrol maupun anti gempa sehingga jenis struktur ini cenderung paling rawan apabila terjadi gempa.
Dalam desain dan kontruksi sebuah bangunan kebanyakan menggunakan penelitian berbasis komputasi, sehingga lebih cepat karena dalam membuat struktur bangunan dapat di ukur menggunakan programing baik secara sistem, bahan dan implementasinya.