news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Semiotika Pandemi dan Pertarungan Wacana

Yudhi Hertanto
Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid
Konten dari Pengguna
21 Juli 2020 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudhi Hertanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi corona. Foto: Maulana Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Virus masih menang telak. Pada pertandingan kali ini, umat manusia masih terus berupaya mencari jalan keluar dari impitan wabah. Pandemi menyudutkan manusia. Berada di situasi tertekan. Ada kemungkinan virus hendak berkomunikasi dengan manusia dalam bahasanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, manusia justru masih sibuk berdebat dalam menafsirkan tanda dan makna, dari semiotika yang tampak terlihat melalui kehadiran pandemi. Dalam gugusan ide, kita memahami apa yang disebut sebagai wacana. Konstruksi manusia atas realitas yang ada di sekitarnya, adalah medan ide.
Diskursus atau wacana, menjadi bagian dari pengetahuan yang dimiliki oleh kekuasaan untuk melakukan persuasi hingga represi, menggunakan pengetahuan sebagai soft power, hingga pokok kekuatan alias hard power.
Pihak yang kuat dalam memenangkan pertarungan wacana, mereka yang berkuasa. Kekuasaan dibangun serta dipertahankan, sejalan dengan diskursus yang dibawanya. Wacana dipergunakan untuk menjaga serta melanggengkan kekuasaan, dalam arus dominan.
Lalu apa kaitannya dengan virus dan status pandemi wabah kali ini? Ruang wacana di abad modern, persis sebagai panggung yang tersebar ke banyak lokasi. Pandemi tidak bisa dilihat dalam dimensi tunggal, karena ada ruang-ruang yang saling beririsan dan berkaitan.
ADVERTISEMENT
Wacana dalam konteks pandemi, terdistribusi ke berbagai aspek kehidupan. Batang inti wacana mengakar pada persoalan medis dan kesehatan. Tetapi berbagai ranting wacana lainnya, berkaitan dengan perangkat pengetahuan bidang ekonomi, sosial, budaya, hingga ruang wacana politik.

Ruang Wacana Publik

Produksi dan reproduksi wacana terjadi pada ruang publik, di berbagai sektor. Ide dan gagasan serta konstruksi realitas yang bersesuaian menjadi hal yang memancing ketertarikan. Segala hal terkait pandemi, mulai dibicarakan dan diangkat sebagai bagian pemberitaan.
Secara semiotik, wabah bergerak di dalam jaringan, memainkan peran melalui proses berkomunikasi dengan inang tempat tumbuh kembangnya, lantas mulai mereplikasi diri dan bermutasi, membuat pokok tubuh sang inang mengalami kemerosotan fungsi, hingga akhirnya virus mati bersama jasad perinangannya.
ADVERTISEMENT
Kerja virus senyap, efektif mencapai tujuannya, menetap dan hidup di tubuh manusia sebagai inangnya. Bersifat parasit, menjadi faktor penting yang memegang kendali atas tubuh. Manusia dibuat sesak, menjadi lemah dan seolah tidak berdaya. Belum ada penangkal obat dan vaksin.
Begitu pula manusia dalam keberadaan ruang wacana, yang muncul saat merespons pandemi. Stimulasi wabah mengkonstruksi wacana, yang kemudian mengalami eskalasi di berbagai ruang berkumpul publik. Hal itu teramplifikasi pada berbagai bidang utama sendi kehidupan manusia. Lebih jauh lagi, manusia terbelenggu oleh kepentingan masing-masing. Tidak tunggal.
Ruang wacana merentang dalam melihat wabah, mewujud dalam bentuk pencermatan atas dampak ekonomi, mengukur efek politik, pergerakan dinamis relasi global tingkat internasional, hingga mempertimbangkan kepentingan sosial, mulai berhitung soal nyawa, hingga berkutat pada penelitian medis.
ADVERTISEMENT
Pada bagian mana yang kemudian menjadi wacana utama dan dominan? Di situ kekuatan mengarah dan tercurah. Mungkinkah mendapat model solusi masalah pandemi dengan menggunakan satu sudut pandang, sebagai sebuah perspektif yang monolitik? Hasilnya mungkin tidak akan pernah utuh.
Ilustrasi Merawat Penderita Corona di Rumah Foto: shutterstock

Perpres No 82/ 2020

Bentuk wacana terbaru itu termuat dalam regulasi, tentang pembentukan Komite Penanganan COVID-19, yang terdiri atas Komite Kebijakan, Satgas Penanganan Covid-19 dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional, apa maknanya? Bagaimana struktur ini mampu bekerja adu cepat dari semiotika kerja virus?
Secara struktural, garis komando yang dibuat lebih memberikan kepastian pada persoalan bobot tanggung jawab. Sebelumnya Kepala BNPB menjadi Ketua Gugus Tugas yang membawahi berbagai bidang Kementerian di tingkat Pusat dan Daerah. Ada hambatan dan batasan psikologis dalam melakukan rentang koordinasi yang efektif.
ADVERTISEMENT
Pucuk komando saat ini diambil alih melalui bentuk struktur di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sebagai Ketua Komite Kebijakan, didukung dengan pelaksana harian yang dipegang Menteri BUMN. Hal ini tentu menjadi sebuah langkah yang relatif maju, dibanding sebelumnya. Lintas sektor termuat dan dimunculkan.
Penempatan secara dominan bidang ekonomi yang menjadi leading sector yang menempati puncak otoritas Komite Kebijakan dan Pelaksana Harian dapat dipahami dalam posisi bahwa pandemi memberi dampak pukulan yang mendalam, pada potensi terjadinya krisis dan resesi ekonomi, sebagai konsekuensi turunan.
Dua sektor yang dianggap selama ini berhimpitan, yakni kesehatan dan ekonomi diberi porsi tugas dan tanggung jawab secara setara. Maknanya saling terkait dan terhubung secara dinamis serta dialektik. Problemnya, porsi beban tugasnya seharusnya diambil setingkat menteri di bidang terkait.
ADVERTISEMENT
Sekurangnya Menteri Kesehatan dan salah seorang menteri di bagian ekonomi, bisa menjadi pemangku kepentingan yang relevan. Sekali lagi yang dibutuhkan adalah unjuk kinerja yang jauh lebih mumpuni, dalam mencegah dampak kesehatan dan ekonomi yang menyertai.
Dalam hitungan pertambahan kasus per hari masih di atas 1.000 kasus baru. Efektivitas pengetesan masih terbilang rendah. Secara kumulatif jumlah total kasus masih merangkak naik.
Sampai kapan ini terjadi? Di ruang semiotika organisasi itu kita bisa membaca gerak strukturnya akan masih tersekat-sekat dalam kepentingan terbatas agenda kerja sektoral. Kita perlu penguatan kultur baru, dalam semangat fight against COVID-19 yang tuntas dalam kolaborasi bersama.
Slogan “mencegah terpapar dan menolak terkapar” itu menarik, menjadi sebuah wacana yang hendak dibawa dalam struktur baru ini, tetapi kita sekali lagi membutuhkan kerja yang lebih keras dan serius di situasi yang extra ordinary kali ini.
ADVERTISEMENT
Dalam pertarungan wacana pula, kita masih harus berhadapan dengan kerangka disinformasi yang muncul sebagai wacana tandingan di tingkat publik.
Kebangkitan pemuja teori konspirasi, dengan menyebut COVID-19 adalah eksploitasi media, dan merupakan dari upaya mencari keuntungan dari bisnis kesehatan, adalah hal lain yang juga perlu dibenahi dengan melakukan pendekatan kultural melalui edukasi dan literasi sosial untuk menertibkan wacana.
Pada situasi ketidakmenentuan dan ketidakpastian, satu yang harus dimunculkan secara positif adalah wacana tentang harapan di masa depan. Para pihak yang menjadi pemangku kekuasaan memiliki peran untuk membangkitkan harapan tersebut. Karena pandemi adalah fana, dan kita lah yang abadi -tribute to Sapardi Djoko Damono.