Mendampingi Anak dalam Pembelajaran Daring

Yulia Hasyim
Ibu rumah tangga, Pendidik, Penulis, Pembina Yayasan Pendidikan Lailatul Qodar
Konten dari Pengguna
6 Juni 2021 7:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yulia Hasyim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak balita belajar dengan gadget. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak balita belajar dengan gadget. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sudah waktunya makan tetapi anak kita masih saja serius dengan gadget-nya. Saat diingatkan diam saja atau malah menjadi marah. Merasa kesenangannya diganggu. Makin diingatkan akan makin marah, bahkan bisa jadi lebih galak dari orang tuanya. Apakah Bapak dan Ibu pernah mengalami hal ini?
ADVERTISEMENT
Apakah para orang tua pernah berpikir bahwa sebenarnya anak-anak itu sudah tahu apa yang seharusnya dia lakukan tapi enggan melakukan? Sementara orang tua merasa anak-anak itu lupa dan perlu diingatkan, sehingga orang tua fokus pada pekerjaan mengingatkan anak. Padahal anak tidak butuh itu. Mereka hanya kekurangan motivasi atau tidak paham urgensi atas hal-hal yang mesti mereka lakukan sehingga tidak mau melakukan. Semakin diingatkan, anak-anak akan semakin tidak mau melakukan. Semakin dipaksa, mereka akan semakin berontak dan menolak melakukan. Akibat setiap hari harus belajar daring dan berinteraksi dengan gadget dalam jangka waktu yang lama, mereka pun jadi jatuh cinta pada gawainya.
Sebenarnya apa sih pembelajaran daring itu? Pembelajaran daring merupakan kegiatan belajar yang berlangsung di dalam jaringan di mana pengajar dan yang diajar tidak bertatap muka secara langsung. Menurut studi yang dilakukan Isman tahun 2016, pembelajaran daring adalah pemanfaatan jaringan internet dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran daring di Indonesia bahkan di seluruh dunia dimulai tahun 2020. Kondisi ini dipicu oleh masalah global yaitu wabah coronavirus 2019. Menurut laporan Munawar pada tahun 2013, perancangan sistem pembelajaran daring harus mengacu pada tiga prinsip yang harus dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Pertama, sistem pembelajaran harus sederhana sehingga mudah untuk dipelajari. Kedua, sistem pembelajaran harus dibuat personal sehingga pemakai sistem tidak saling tergantung. Dan ketiga, sistem harus cepat dalam proses pencarian materi atau menjawab soal dari hasil perancangan sistem yang dikembangkan.
Secara umum banyak permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Selain masalah teknis yang dihadapi pelajar, tenaga pengajar dan orang tua. Ketersediaan infrastruktur merupakan masalah utama di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Permasalahan yang penulis maksud seperti permasalahan ketersediaan listrik dan akses internet.
Permasalahan yang dialami guru di antaranya adalah kemampuan menggunakan teknologi dalam pembelajaran daring. Tidak semua guru menguasai berbagai platform pembelajaran sebagai media utama pendukung pembelajaran dalam jaringan. Hal ini menjadi masalah utama baik dari proses penyelenggaraan pembelajaran maupun hasil pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang dihadapi anak terdiri dari masalah finansial dan juga psikologis. Secara finansial anak di Indonesia tidak memiliki keadaan ekonomi yang sama, banyak anak tidak bisa mengikuti pembelajaran dalam jaringan karena terkendala materi. Tidak bisa membeli alat belajar online seperti smartphone ataupun laptop sebagai fasilitas utama, juga tidak sanggup membeli kuota internet. Secara psikologis anak mengalami tekanan dalam mengikuti pembelajaran daring karena banyaknya tugas-tugas yang diberikan oleh guru dengan tenggang waktu yang sangat terbatas dan tanpa pengawasan langsung. Atau, anak tidak mengerti materi yang diberikan dan bagaimana mengerjakannya.
Melansir akun resmi Instagram Badan Penelitian, Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Rabu (15/7/2020), beberapa peran orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah. Pertama, belajar dengan aman. Peran orang tua kepada anaknya ialah membantu anak agar dapat belajar dengan aman dan efektif. Baik itu di sekolah maupun di rumah. Kedua, beri semangat untuk belajar. Pandemi COVID-19 tentu menjadikan semua aktivitas sebisa mungkin dilakukan dari rumah. Seperti halnya dengan pembelajaran daring. Anak juga harus tetap semangat untuk terus belajar. Jangan sampai COVID-19 memutus kesempatan belajar bagi anak. Ketiga, hubungi guru atau dinas. Kondisi sekarang juga membuat orang tua berperan sebagai guru di rumah. Mereka harus menyampaikan materi kepada anaknya. Namun jika orang tua mengalami kendala bisa menghubungi guru atau dinas pendidikan setempat.
ADVERTISEMENT
Kenyataan yang terjadi di lapangan, orang tua dan guru belum mampu berperan maksimal dalam mendampingi anak dalam melaksanakan pembelajaran daring. Anak pun kurang dalam mempersiapkan diri sehingga motivasi mengikuti pembelajaran sangat rendah. Anak yang biasanya mengikuti pembelajaran di kelas bersama guru dan teman-temannya harus belajar di rumah sendirian sehingga merasa jenuh. Libur panjang yang dirasa terlalu lama juga membuat anak bosan dan ingin beraktivitas keluar rumah. Mereka tidak memiliki ide yang akan dilakukan dalam kondisi seperti itu. Pengetahuan anak sangat minim tentang berbagai kegiatan menarik yang bisa dilakukan. Tidak ada bimbingan yang memadai dari guru maupun orang tua. Mereka juga tidak mengerti bagaimana memaksimalkan gadget sehingga inisiatif melakukan berbagai kebiasaan baru yang membahayakan seperti bermain seharian di luar rumah, menggunakan gadget untuk menonton video yang kurang bermanfaat atau bermain game dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, fasilitas yang kurang memadai dan penyampaian guru yang kurang menarik menjadi salah satu penyebab anak kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Anak harus dihadapkan dengan hal yang membosankan, yaitu belajar daring yang isinya berupa teori. Pelajaran yang biasanya dilakukan dengan praktik untuk mata pelajaran tertentu hanya dilaksanakan dengan pemberian teori. Anak pun tidak maksimal dalam menyerap pembelajaran dan sebagian energi digunakan untuk mewujudkan imajinasi yang tidak terkendali dan tidak terarah.
Untuk menjadi pembelajar online yang efektif seorang memerlukan cara tertentu. Anak harus dihadapkan pada berbagai pengalaman belajar. Anak yang mengikuti pembelajaran secara online memiliki gaya belajar dari segi baca tulis dan visual yang kuat. Namun jika penulis melihat dari daya serap anak, ada beberapa yang lambat menyerap pembelajaran sehingga akan tertinggal dalam pembelajaran. Ada juga beberapa yang cepat menangkap pembelajaran sehingga minim kendala. Adanya pembelajaran daring membuat anak mau tidak mau, suka tidak suka harus berhadapan dengan teknologi untuk mendukung pembelajarannya.
ADVERTISEMENT
Mengenai peran orang tua dalam pembelajaran anak, Abu Ahmadi menyimpulkan “peran orang tua merupakan suatu hal yang kompleks penghargaan manusia mengenai cara setiap individu untuk bersikap, yang memiliki tanggung jawab dalam keluarga”. Tentu saja dalam hal ini khususnya berhubungan dengan peran orang tua terhadap anaknya yang berkaitan dalam dunia pendidikan. Segala usaha orang tua untuk menjadikan anak-anaknya menjadi baik mendapat perhatian tersendiri dalam agama Islam. Balasan yang diberikan adalah kebaikan di dunia hingga di akhirat. Kiranya imbalan ini lebih dari cukup bahkan lebih untuk kerja keras orang tua dalam membersamai keluarga terutama anak-anak dalam pembelajaran daring.
Salah satu kebaikan yang akan diperoleh adalah tempat tinggal yang baik dan tidak akan pernah berakhir yang penuh kenikmatan yaitu surga ‘Adn. Di sana kita bisa tinggal bersama nenek moyang, juga pasangan dan anak cucu kita. Kemudian Malaikat akan berdatangan dari segala penjuru untuk memberikan selamat kepada kita dan melayani segala yang kita butuhkan. Hal ini disebutkan dalam Al Qur’an yaitu pada surat Ar Rad (13) ayat 23 yang artinya: “(yaitu) surga-surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya, dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.”
ADVERTISEMENT
Adanya motivasi dan peran langsung dari orang tua dalam pembelajaran daring akan membantu meningkatkan hasil belajar anak, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar dalam ranah afektif dan psikomotori. Dengan pendampingan maksimal dari orang tua maka kemampuan yang dimiliki anak pada saat sedang bertatap muka dengan Guru dan sedang belajar di rumah tidak akan berkurang bahkan hilang, walaupun tidak sebaik saat belajar tatap muka di sekolah.
Oleh: Yuli Qodriyawati (Ibu Rumah Tangga, Pendidik, Penulis)