Manusia Punya Kuasa Atas Kesadarannya?

Yunita Isaura
Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Konten dari Pengguna
19 Desember 2023 16:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yunita Isaura tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Karya: Geralt. Sumber: pixabay.pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Karya: Geralt. Sumber: pixabay.pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kesadaran adalah kemampuan manusia yang berperan penting untuk memahami informasi, mengevaluasi, mengambil keputusan, bahkan sesimpel ketika manusia makan, jalan, lari, dan banyak kegiatan lainnya. Namun, kesadaran manusia tidak berhenti di aktivitas-aktivitas itu saja. Kesadaran manusia adalah sesuatu yang kompleks. Bahkan kesadaran bisa saja menjerumuskan manusia pada kegagalan, keputusasaan, hingga kehancuran.
ADVERTISEMENT
Namun bukan berarti kesadaran manusia merupakan sesuatu yang negatif. Kesadaran sendiri bisa menyelamatkan manusia dari hal-hal buruk, misalnya bagaimana manusia dapat mengambil keputusan yang tepat setelah menganalisis permasalahan, menentukan langkah-langkah konkret untuk melakukan kegiatan, dan lain-lain. Tak dapat dipungkiri, kesadaran sangat berperan penting bagi kehidupan manusia.
Kalau kita lihat secara umum, kesadaran sendiri terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu kesadaran tinggi dan kesadaran rendah. Kesadaran tinggi adalah peristiwa dimana manusia dapat menggunakan seluruh bagian otaknya untuk mengoperasikan tubuhnya, misalnya ketika sedang jalan, makan, mengelola informasi. Kesadaran rendah mengarah ke peristiwa dimana manusia tidak dapat menggunakan sebagian otaknya, misalnya ketika sedang tidur dan bermimpi.
Melalui penjelasan singkat mengenai kesadaran secara umum, kita dapat mengetahui bahwa kesadaran yang dimiliki manusia dapat berdampak positif dan negatif. Dalam perjalanannya banyak filsuf yang mulai mengembangkan dan menganalisis permasalahan kesadaran manusia. Salah satu filsuf yang mengemukakan teori mengenai kesadaran adalah Jean Paul Satre.
ADVERTISEMENT
Foto Jean Paul Satre, oleh Gisèle Freund, 1968. Sumber: Britannica.com
Jean Paul Satre sendiri merupakan seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Ia kerap kali dipanggil dengan sebutan Satre. Satre merupakan filsuf dengan pemikiran eksistensialisme dan banyak membahas mengenai kebebasan manusia. Banyak orang yang mengikuti pemikirannya, tapi tak sedikit juga yang mengkritik teori Satre.
Satre awalnya mengembangkan teori kesadaran ini untuk mengetahui “Apakah manusia itu?” melalui “Ada” dan “Tiada” dalam sudut pandang fenomenologi. Fenomenologi sendiri merupakan suatu studi untuk meneliti pengalaman manusia dengan tujuan untuk mengetahui makna serta arti dari tiap-tiap pengalaman manusia dan tidak terikat oleh sesuatu. Jadi, fenomenologi merupakan studi yang melihat dari sudut pandang orang pertama selaku orang yang merasakan suatu peristiwa.
Dalam salah satu karyanya, Satre sempat menyinggung mengenai kesadaran manusia. Tepatnya dalam buku Ada dan Tiada (1943). Dalam bukunya, Satre menjabarkan kesadaran yang terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: Bagian pertama, adanya relasi antara ketiadaan dengan struktur kesadaran. Kesadaran merupakan gerbang menuju ketiadaan dan tanpa kesadaran tidak mungkin ada ketiadaan. Karena kesadaran, melalui tindakan negasinya (menidak), menutup diri terhadap Ada, maka disimpulkan oleh Sartre bahwa sumber negasi itu tidak lain adalah kesadaran, dan kesadaran pada prinsipnya adalah ketiadaan. Mudahnya, struktur kesadaran manusia ini dapat membuat manusia memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Misalnya, Brian ingin makan pie coklat untuk cemilan di siang hari, namun di saat bersamaan dia sedang berada di dalam kelas ketika dosen mempresentasikan materi. Dari contoh tersebut, ketiadaan digambarkan sebagai pikiran Brian untuk makan pie coklat, pikiran tersebut diciptakan dari kesadaran Brian. Padahal di dunia Brian detik itu, makan pie coklat tidak mungkin dapat dilakukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaranlah yang membuka pintu ketiadaan.
ADVERTISEMENT
Bagian kedua, struktur kesadaran dalam faktisitasnya. Membahas struktur kesadaran dengan fokus kesadaran beroperasi dalam kenyataan konkret, dengan mempertimbangkan dimensi waktu dan kemampuannya untuk melampaui dirinya sendiri menuju eksistensi yang lebih luas.
Mudahnya, struktur kesadaran ini membuat manusia bisa memahami dan mengenali, serta menganalisis dunia. Sehingga nantinya manusia dapat menilai dan mengambil keputusan. Contohnya, ketika Dodo di suruh memilih menggunakan tangga atau lift untuk naik ke ruang kelasnya di lantai 10. Ternyata Dodo lebih memilih untuk naik lift. Alasannya, jika menggunakan lift maka Dodo akan sampai lebih cepat dan tidak merasa kelelahan. Jadi, dalam poin kedua ini struktur kesadaran manusia secara aktif dan tanpa sadar mengambil berbagai macam informasi yang ada di lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Bagian ketiga, perhubungan antara kesadaran yang satu dengan kesadaran yang lain. Satre beranggapan bahwa tiap manusia memiliki kesadarannya masing-masing (subjektif). Di mana kesadaran tersebut jika dipertemukan tidak bisa selain konflik. Hal ini dikarenakan manusia memiliki perbedaan pendapat, pandangan, dan pengalaman yang unik sehingga dapat memunculkan pertentangan yang tidak bisa diperdamaikan.
Contohnya, Brian dan Dodo baru pertama kali masuk ke sekolah dasar. Brian beranggapan bahwa Dodo adalah anak yang tidak baik karena dia suka berinteraksi dengan teman perempuan. Namun menurut Dodo, hal tersebut merupakan sesuatu yang biasa, Dodo beranggapan bahwa semua orang bisa menjadi temannya. Pemikiran Brian dan Dodo ini sangat bertolak belakang dan memunculkan konflik di antara keduanya, hal ini didorong dengan adanya perbedaan pendapat dan pengalaman masing-masing individu.
ADVERTISEMENT
Bagian keempat, deskripsi esensi kesadaran sebagai suatu aktivitas dan kebebasan. Sartre menekankan pada peranan aktif eksistensi manusia. Dasar dari aktivitas itu adalah kebebasan absolut dan pertanggungjawaban manusia yang tidak bisa ditawar-tawar.
Jadi, kesadaran manusia itu merupakan sebuah kebebasan, di mana mereka bebas untuk menggunakan kesadarannya. Namun sebagai gantinya, manusia pula yang harus bertanggungjawab atas perilakunya.
Ilustrasi kehidupan. Karya: JillWellington. Sumber: pixabay.pixabay.com
Dalam penjabaran kesadaran menurut Satre, kita dapat mengetahui bahwa kesadaran manusia itu bersifat unik dan kompleks. Banyak yang bisa dilakukan dan dikelola oleh kesadaran, seperti memikirkan sesuatu, menyiapkan berbagai informasi yang harus disampaikan, menyelesaikan permasalahan, dan masih banyak lainnya. Kesadaran manusia sangat berperan penting dalam keberlangsungan hidup.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa kesadaran manusia sendirilah yang sering kali membawa mereka jatuh dalam kehancuran. Mulai dari pertikaian antar individu, kelompok, atau bahkan bisa melebar ke negara. Dan hal tersebut diciptakan oleh kesadaran manusia dan merekalah yang harus menerima konsekuensi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, kesadaran pada dasarnya tidak selalu berdampak buruk. Banyak yang bisa kita manfaatkan dan kita bisa memaksimalkan kinerja kesadaran kita untuk hal-hal positif. Kita hanya perlu berpikir kritis terhadap suatu informasi yang kita terima dan urusan menerima atau menolak suatu informasi merupakan hak tiap-tiap individu. Untuk itu, seharusnya sebuah pertikaian tidak seharusnya terjadi bila informasi tersebut disampaikan dengan benar dan respon dari penerima informasi juga harus bersifat netral.
Kesadaran manusia memang tidak ada ujungnya. Kesadaran itu seperti sesuatu yang liar dan sulit untuk dikontrol. Namun, bukan berarti kesadaran merupakan sesuatu yang tidak bisa kendalikan. Tiap-tiap individu dapat memiliki kuasa atas kesadarannya, kuasa untuk menentukan, mengelola, dan memilih. Menentukan apa yang ingin dipikirkan, mengelola informasi, dan memilih tindakan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Akhir kata, kesadaran adalah suatu komponen terpenting untuk keberlangsungan hidup individu. Baik itu dalam mengelola informasi, menentukan solusi, dan merespon peristiwa. Kesadaran juga dapat berdampak positif dan negatif. Semua ditentukan oleh bagaimana individu dapat mengendalikan kesadarannya. Apakah mereka ingin membangun sesuatu yang positif ataukah sesuatu yang negatif dalam hidupnya. Itu semua ada pilihan mereka dan merekalah yang bertanggungjawab.