Ulang Tahun

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
10 April 2017 9:59 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
David Statue (Foto: Pixabay)
Di Academia di Belle Arti, Firenze (Florensia) patung David (Daud) masih berdiri tegak.
ADVERTISEMENT
Sudah lima ratus tahun patung itu mengingatkan kita akan sebuah zaman ketika cara berpikir dijungkir balik sedemikian rupa.
Sebelum patung David dipahat oleh Michelangelo dari sebuah bongkah utuh marmer, semua karya seni di Eropa selalu menggambarkan ketika sebuah peristiwa sudah selesai. Atau setidaknya interpretasi ketika sebuah peristiwa telah selesai.
Patung David berbeda. Michelangelo berbeda. Ia memahat saat David sedang bersiap untuk mengantisipasi pertempurannya melawan Goliath. Bukan ketika David sudah memenangi pertarungan.
Tubuh David menegang berdiri bertumpu pada kaki kanannya. Bersiap. Sorot mata waspada.
Tangan kirinya memegang alat pelempar batu yang tersampir di bahu kirinya. Tangan kanannya menempel di paha kanan memegang menyembunyikan batu.
Mungkin patung David sepertinya hanya menggambarkan apa yang akan terjadi dan bukan apa yang sudah terjadi seperti jamaknya. Tetapi patung David adalah anak kandung renaissance –lahir kembali—Eropa. Zaman yang menggugat agama, norma sosial, dan alam yang mengungkung.
ADVERTISEMENT
Patung David adalah simbol anthroposentrisme. Manusia yang mengantisipasi, berinisiatif, dan menentukan jalan hidupnya sendiri. Manusia sebagai pusat segalanya. Bukan manusia yang dituntun takdir. Bukan bidak pion yang hanya menjalankan kemauan sesuatu yang lebih besar di luar dirinya.
Patung David menjadi termasyhur sebagai maha karya salah satunya karena menjadi penanda itu. Sebuah kelahiran cara pandang hidup yang baru.
Ia, patung David itu, juga menyimpan salah satu sifat paling dasar dari sebuah kelahiran manusia: tarik menarik antara neophilic–gairah untuk menemukan hal-hal baru–dan neophobic–kekhawatiran menghadapi sesuatu yang baru.
Renaissance dan anthroposentrisme-nya membuka cakrawala baru tentang arti kehidupan. Tetapi menimbulkan rasa khawatir dan gamang, harus meninggalkan kepompong ‘’kenyamanan’’ menuju ketidakbertuanan.
Dalam hidup kita mestinya selalu mencari patung David kita sendiri. Mencari penanda kita sendiri. Menemukan neophilic dan neophobic kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Dan mengingat waktu kelahiran, adalah kemungkinan bawah sadar manusia untuk menemukan patung Davidnya. Agar hidup tidak hanya menuju ke kematian semata.
kecil setumpuk
sia-sia dilindung, sia-sia
dipupuk
kata Chairil Anwar yang khawatir hidup akan berujung pada kekonyolan dan kemubaziran.