
"Sebelum kita melangkah jauh, untuk kita sadari bersama, awal dari ilmu yang kita pelajari ini terkait erat dengan kolonialisme dan sentimen superioritas ras (kulit putih)."
Saya selalu ingat kalimat pembuka perkuliahan dari David Graeber, salah satu staf pengajar di jurusan Anthropology dan Cultural Politics, Goldsmiths College.
Intinya, ia meminta kami semua kritis dengan segala macam teori, buku, serta penelitian lapangan yang akan kami pakai dan pelajari. Karena sebagian besar bertendensi dan memposisikan objek penelitian semata sebagai objek, ketimbang sumber pengetahuan yang tak kalah arifnya dalam menengarai-mengarungi kehidupan. Merumuskan kehidupan dari sisi budaya dominan—kalau memang bisa disederhanakan demikian—atas kehidupan yang dianggap eksotis-bukan bagian dari mereka-inferior-primitif.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanplus
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanplus
Gratis akses ke event spesial kumparan
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Konten Premium kumparanplus
Sejarah, dan Borobudur adalah monumen kesejarahan, di antara lainnya, memberi rasa nyaman akan ketersinambungan eksistensi kita dengan masa lalu.
Kolom Yusuf "Dalipin" Arifin, terbit tiap Jumat.
57 Konten
KONTEN SELANJUTNYA
Mengabaikan Tabiat Ilmiah
Yusuf Arifin
SEDANG DIBACA
Dan Kemudian Pawang Hujan Mandalika
Yusuf Arifin
KONTEN SEBELUMNYA
Halal
Yusuf Arifin
Lihat Lainnya
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten