David de Gea

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
4 Desember 2017 9:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
David de Gea
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Untuk kesekian kalinya penggemar bola Inggris (dan penggemar bola pada umumnya) dibuat terkagum oleh penampilan David de Gea.
ADVERTISEMENT
Penampilannya untuk Manchester United saat melawan Arsenal akhir pekan lewat seperti menjungkir balikkan apa yang dinamakan logika dan hukum alam.
Penyelamatannya ketika Romelo Lukaku dengan tak sengaja membelokkan bola tendangan bebas Alexis Sanchez ke gawang sendiri adalah salah satunya. de Gea hanya punya waktu sepersekian detik untuk mengambil keputusan dan bereaksi menepis bola agar tak masuk gawang.
Kecuali ia punya kemampuan mistis untuk tahu sebelum kejadian, tidak semestinya de Gea bisa menyelamatkan gawangnya. Tetapi itu yang terjadi. Badannya seperti menolak hukum gravitasi dan mampu berbelok di udara mengantisipasi bola yang hendak masuk ke gawang.
Itu di babak pertama.
Penyelamatan ganda berurutan di babak kedua lebih fantastis lagi.
Tendangan geledek menyusur tanah Alexandre Lacazette dari jarak tak lebih delapan meter berhasil ia tahan dengan tangan sambil menjatuhkan diri.
ADVERTISEMENT
Kecepatan menjatuhnya dirinya lagi-lagi menyalahi hukum gravitasi. Dengan tinggi 192 cm dan berat yang hanya sekitar 76 kilogram semestinya ia membutuhkan waktu yang lebih lama. Logikanya semakin pendek tinggi tubuh dan semakin berat seseorang maka akan semakin cepat ia menyentuh bumi.
Tetapi de Gea memang beda. Ia melakukan apa yang ia mau terlepas hukum alam seperti apa adanya.
Adalah aksi susulan setelah menyelamatkan tendangan Lacazette yang membuat semua semakin ternganga.
Alexis Sanchez mengikuti bola mental penyelamatan de Gea. Mata bersinggung mata. Sanchez melepas tendangan dari jarak kurang satu meter. de Gea bangun dan menjulurkan kaki menyambut tendangan itu. Waktu reaksi de Gea dari bangun, membaca gerak Sanchez, dan menjulurkan kakinya: seperentah sekian detik. Hanya Flash atau Gundala yang bisa bergerak secepat itu. Atau lagi-lagi de Gea tahu apa yang akan terjadi sebelum kejadian terjadi.
ADVERTISEMENT
Pemain Arsenal seperti tak percaya menyaksikan aksi de Gea. Lacazette dan Sanchez hendak memprotes. Tetapi memprotes kepada siapa? Mengenai apa? Mereka bingung sendiri dan hanya bisa memandang de Gea.
de Gea bangun, membersihkan baju seragamnya, menepuk-nepuk sarung tangannya, dan bersiap lagi. Tidak ada perayaan, teriakan heroik, atau semacam ekspresi kepuasan. Ia seperti menerima nasib sebagai penjaga gawang, tugasnya adalah menyelamatkan gawang. Dan ia hanya menjalani suratan.
Sepanjang pertandingan ia berulang kali melakukan penyelamatan. Tetapi adalah dua itu yang saya ingat. Penyelematan lain terlalu biasa untuk seorang de Gea dan biasa dilakukan oleh kiper-kiper lain di dunia.
Sepanjang ingatan, saya menggemari sepakbola Inggris. Dan menyaksikan penampilan kiper-kiper utama Manchester United sejak tahun 1977 sejak Alex Stepney –walau ingatan sangat kabur--. Dilanjutkan dengan Gary Bailey, Jim Leighton, Les Sealy, Peter Schmeichel, Mark Bosnich, Fabien Barthez, Tim Howard, dan Edwin Van der Sar.
ADVERTISEMENT
Saya menyaksikan pula kiper-kiper yang mencoba masuk menjadi kiper utama Manchester United semacam Raymond Van der Gow, Massimo Taibi, Roy Carrol, Ben Foster, hingga Anders Lindegard.
Semua kiper yang tersebut punya lagak dan gaya masing-masing. Ada yang sukses menjadi kiper Manchester United dan menjadi legenda. Tentu ada pula yang akhirnya meredup, gagal, dan tersingkir.
Belum tentu de Gea akan bisa sesukses Stepney, Schmeichel, atau Van der Sar untuk membawa Man United berulangkali juara Liga Inggris atau Liga Champions.
Tetapi memang ada yang spesial tentang de Gea ini. Ia hebat seperti tanpa berusaha untuk hebat. Ia tidak berlagak dan bergaya, tetapi lagak dan gaya mengikuti dirinya. Ia sesuatu yang sulit dirumuskan.
ADVERTISEMENT
Kita hanya tahu ia menyelamatkan gawang dari kebobolan dan penggemar bola (lawan atau pendukung) senang menyaksikan ia melakukannya.