Saat ini, mencoba kritis saat dua kekuatan bertarung sepertinya adalah tindakan sia-sia. Kita hidup dalam dunia yang hitam putih. Dunia versus, demikian saya menyebutnya. Perbahasaan dominannya: jika tidak sepakat berarti berseberangan (lawan), either with us or against us.
Saat Joko Widodo bersaing dengan Prabowo Subianto untuk kursi kepresidenan 2014 lahirlah cebong dan kampret. Masih bisa dimengerti kalau sikap yang mengkubu ini terjadi sepanjang persaingan berlangsung. Yang membuat kecil hati, sikap itu lestari setelah persaingan usai dan kemudian mendefinisikan cara pandang masing-masing kubu terhadap kelanjutan hidup sesudahnya. Prabowo Subianto masuk dalam pemerintahan pun tidak lagi menjadi penting atau menjadi faktor rekonsiliasi.
Oleh kelompok kampret (pendukung Prabowo atau yang dulunya pendukung Prabowo), apapun kebijakan Joko Widodo selamanya akan dinyinyirin, lebih parah kalau ternyata dianggap merugikan rakyat. Kelompok cebong (pendukung Jokowi) bersikap sebaliknya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814