Waktu itu kami, kru televisi Australian Broadcasting Corporation (ABC), hendak meliput pembalakan liar besar-besaran di Kalimantan Barat. Dalam perjalanan menuju lokasi, kami berhenti di sebuah desa terpencil di Kabupaten Sambas, dan karena itu rencana liputan berubah total.
Desa yang hanya terdiri dari belasan rumah itu lengang. Dua-tiga rumah hangus. Beberapa yang lainnya porak-poranda, dengan jendela dan pintu menganga, dan perabotan berserakan di pekarangannya. Beberapa rumah yang masih utuh tertutup rapat. Kami merasa pada celah-celah dinding kayu rumah-rumah itu ada berpasang-pasang mata yang mengawasi, mengikuti setiap gerak-gerik kami.
Insting memberitahu: ada peristiwa tak wajar yang baru terjadi di desa ini. Juru kamera berkeliling dan merekam semuanya sedetail mungkin, sementara saya dan beberapa kolega lain mengetuk pintu-pintu yang tertutup. Setelah sekian lama mencoba, akhirnya ada seorang bapak yang membuka pintu. Dia menjelaskan apa yang telah terjadi: bentrok antara warga Dayak dan Madura.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814