Mengejar Utopia

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
13 Januari 2020 13:25 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "bekerja" oleh Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "bekerja" oleh Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Bekerja kata bapak ekonomi kapitalis Adam Smith adalah sebuah aktivitas ketika seseorang melakukan sesuatu—sesuai keahliannya atau tidak—dengan mengorbankan kebebasan, ketenangan, dan kebahagiaan demi imbalan materi-uang-upah.
ADVERTISEMENT
Smith yang menyaksikan kelahiran revolusi industri di abad 18 tetap menganggap pekerja itu penting. Hanya saja ia menekankan peran utama modal sebagai penggerak perekonomian. Tanpa modal, pekerja tidak bisa bekerja. Tanpa pekerja, modal selalu bisa mendapatkan pekerja. Begitu kira-kira logikanya.
"Di kepala Adam Smith, pekerja tak lebih budak modal," kritik Karl Marx satu abad kemudian. "Padahal bekerja merupakan dasar dari eksistensi manusia."
Bagi Marx bekerja mendasar dalam proses evolusi manusia, mendasar untuk keberlangsungan hidup umat manusia, dan mendasar untuk pembebasan "spiritual".
Marx kemudian mengajukan sebuah nubuat: Determinisme sejarah berbasis dialektika materialisme. Sejarah dan tatanan sosial menurut Marx bergerak dari komunisme primitif, imperialisme, feodalisme, kapitalisme, sosialisme, dan berakhir di komunisme.
Tatanan masyarakat komunis sebagai titik sempurna sejarah yang tak terhindarkan menurut Marx adalah surga di muka bumi. Semua orang bekerja untuk kemaslahatan bersama. Uang dan pemerintah tak lagi diperlukan dan masyarakat tidak lagi mempunyai kelas/strata sosial. Karena pemerintah tidak ada lagi maka pada tahap akhir sejarah ini negara ikut bubar, kompetisi hilang, dan perang tak diperlukan.
ADVERTISEMENT
Slogan yang dipopulerkan oleh Marx untuk surga komunismenya adalah from each according to his ability, to each according to his needs—dari masing-masing sesuai kemampuan masing-masing, untuk masing-masing sesuai kebutuhan masing-masing. Sama rasa, sama rata.
Dalam benak Marx kira-kira kegiatan manusia akan seperti ini: Pagi hingga siang bekerja sesuai kemampuan untuk kemaslahatan umat manusia, sore berkumpul dengan keluarga-tetangga-sanak saudara, malam berdebat filsafat-menonton opera-membaca-menulis-mengembangkan interest pribadi-atau kegiatan intelektual lainnya.
Marx (dibantu Friedrich Engels) bersikeras bahwa argumennya terkait determinisme sejarah itu ilmiah, sistematis, dan tak terbantahkan. Namun tak perlu waktu terlalu lama untuk membuktikan semua itu omong kosong.
Sempat menjadi kekuatan yang menakutkan, kita tahu komunisme sebagai sebuah ideologi tak mampu bertahan lebih dari satu abad. Kalah melawan kapitalisme yang dikritiknya.
ADVERTISEMENT
Kalaupun dialektika materialisme menggugah pikiran dan menginspirasi pemikir-pemikir sezaman ataupun sesudahnya hingga kini, determinisme sejarahnya dianggap banyak orang paling minimal naif dan paling parah ngawur. Sementara masyarakat komunis adalah sebuah utopia.
Tetapi karena utopia, ia seperti menjadi lekat jelaga ke manapun manusia memikirkan persoalan bekerja, politik, dan ekonomi. Menjadi inspirasi akan berbagai kemungkinan.
Salah satu ekonom kapitalis paling terkemuka abad 20 John Maynard Keynes mengambil inspirasi dari komunisme dan berargumen pengurangan jam kerja akan meningkatkan produktivitas. Apalagi dengan ditunjang penyempurnaan dan semakin berperannya teknologi dalam pekerjaan.
Microsoft di Jepang melakukan uji coba memperpendek hari kerja menjadi empat hari dan menemukan produktivitas meloncat menjadi 40 persen lebih baik.
Swedia pernah bereksperimen selama hampir dua tahun mengurangi jam kerjanya dari delapan jam per hari menjadi enam jam. Tujuannya agar pekerja bisa meluangkan waktu yang lebih banyak bersama keluarga atau orang yang dicintai.
ADVERTISEMENT
Finlandia sedang berpikir untuk bukan sekadar mengurangi jam kerja tetapi juga hari kerja dari lima hari menjadi empat hari.
John Lennon mentah-mentah menuangkan ide komunisme dengan kata per kata dalam syair lagunya, Imagine. Lagu itu dinobatkan sebagai lagu nomor satu di Inggris di abad 20.
Penulis Amerika dari abad 19, Edward Bellamy, menuangkan dalam bentuk cerita khayalan akan masyarakat komunis dalam novelnya, Looking Backward. Sedemikian sukses secara komersial novel itu hingga sempat warga Amerika mendirikan organisasi-organisasi untuk mewujudkan mimpi itu.
Penyair Irlandia, Oscar Wilde, membayangkan suatu dunia yang lebih lagi: Manusia tak perlu bekerja sama sekali karena segala sesuatunya telah dikerjakan oleh mesin. Manusia tinggal menikmati dan mengagumi dunia, menulis dan membaca, dan membuat hal-hal indah.
ADVERTISEMENT
Itu utopianya utopia.
Tetapi, "Utopia? Peta dunia tanpa utopia tak layak untuk dilirik," kata Wilde. Manusia pun tak henti-henti mencari. Manusia pun tak henti-henti mencoba mengerti apa yang mereka lakukan.