Sebuah pesan masuk lewat jalur pribadi media sosial, "Selamat pagi. Apakah benar ini Yusuf Arifin, pengamat bola?"
Saya melihat nama yang mengirim pesan dan mencoba mengingat apakah ia salah satu teman yang saya kenal. Bukan apa-apa, saya dan beberapa teman dekat sering bercanda model bapak-bapak yang tidak lucu seperti ini. Menyapa dengan memberi atribusi—biasanya kemudian dengan dilebih-lebihkan—untuk tujuan “mengejek”.
Misal, "Benarkah ini Dea Anugrah, sastrawan idola remaja Indonesia?" (Walau untuk kasus Dea Anugrah, ia memang sebenarnya sastrawan idola remaja.)
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814