Saya tak habis pikir dengan pernyataan yang diterima dengan senang hati oleh semua orang, bahkan nyaris menjadi semacam aksioma: laki-laki lebih bisa membaca peta ketimbang perempuan (atau yang ekstrem, laki-laki bisa membaca peta dan perempuan tidak). Pernyataan itu sesungguhnya sebuah takhayul—semacam pernyataan membaca dengan tiduran akan membuat mata menjadi rabun dekat, karena di samping tidak benar, tidak ada penjelasan ilmiah yang bisa diterima akal. Sudah begitu, dari sisi semantik sangat sinis dan sadis.
Anda tahu, pernyataan itu merendahkan dan melecehkan perempuan dalam hal pemahaman spasial, kemampuan berabstraksi, dan kecerdasan mengaitkan antara yang abstrak dan yang wadak (obyek dan ruang) untuk menjadi sesuatu yang sistemik dan konseptual. Karena (membaca) peta adalah persoalan itu.
Ketiganya, setidaknya menurut Ernst Cassirer , adalah ciri manusia modern yang membedakan mereka dengan binatang maupun manusia-manusia sebelumnya. Menyebut perempuan tidak bisa membaca peta sama saja mengatakan sesungguhnya perempuan belumlah jadi manusia (modern) seutuhnya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814