Ide bahwa Piala Dunia hanya boleh diselenggarakan di negara tanpa cacat adalah guyonan masam. Tak ada tuan rumah Piala Dunia yang tak bisa dicari cacatnya. Segala sesuatunya adalah persoalan perspektif.
Bukan berarti Qatar, tuan rumah Piala Dunia kali ini, kemudian tidak bisa dikritik. Hanya untuk setiap kritik selalu ada tangkisan. Salah atau benar, sekali lagi persoalan perspektif.
Qatar disinyalir melakukan suap. Mungkin. Kecurigaan itu mendapat pembenaran dengan mundurnya tiga pejabat teras FIFA yang terkait penunjukan Qatar sebagai tuan rumah. Tetapi itu lebih membuka bobroknya FIFA ketimbang bobroknya Qatar. Tindakan serupa suap atau suap dalam berupa bentuk—memberi fasilitas di luar kewajaran bagi peninjau FIFA, misalnya—selalu dilakukan oleh negara yang mencalonkan diri. Sudah berapa lama praktik ini terjadi? Sejak FIFA berdiri? Siapa dan benua mana yang selama ini menjadi motor FIFA ini?
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814