Rindu Zaman Serba-Lambat

Yusuf Arifin
tidak tertarik dengan banyak hal. insecure one trick pony.
Konten dari Pengguna
17 Februari 2020 9:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi "Zaman yang Serba-Lambat" oleh Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi "Zaman yang Serba-Lambat" oleh Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Suatu saat Alexander Agung mengunjungi filsuf Diogenes. Sebagai seorang yang sangat berkuasa, Alexander ingin menghormati salah seorang filsuf paling terkemuka pada zaman itu dengan akan mengabulkan semua permintaannya.
ADVERTISEMENT
Diogenes sedang rebahan berjemur matahari ketika Alexander datang bersama rombongannya. Diogenes tidak tergopoh-gopoh menyambut hormat Alexander. Ia hanya sedikit mengangkat tubuh, mata menatap ke Alexander.
Alexander memperkenalkan diri dan kemudian bertanya apakah Diogenes menginginkan sesuatu dari dirinya.
"Ya," kata Diogenes. "Bisa tidak kamu bergeser sedikit? Kamu menutupi matahari. Aku sedang berjemur."
Semua orang tahu betapa Diogenes seorang filsuf yang tak peduli dengan gengsi, penghormatan, dan kekayaan. Sehingga jawaban semacam yang ia berikan tidaklah mengejutkan.
Tetap saja Alexander terperangah. Ia sama sekali tak menduga akan mendapat jawaban acuh-tak peduli seperti itu. Namun bukannya marah, Alexander sangat menghormati jawaban jujur itu.
Sambil meninggalkan Diogenes, Alexander berkata kepada rombongannya yang tak habis-habis tertawa mendengar jawaban tadi, "Kalau saja aku bukan Alexander, aku ingin menjadi Diogenes."
ADVERTISEMENT
Diogenes sempat mendengar ucapan Alexander, dan menyambar dengan ucapan, "Kalau aku bukan Diogenes, aku juga akan berharap yang sama, menjadi Diogenes."
Beruntung pertemuan Alexander dan Diogenes itu tidak terjadi di zaman sekarang. Sehingga tidak diburu-buru keserakahan "demi konten". Tidak terkungkung hukum ke-segera-an yang mencekik. Tidak ada pertimbangan keriuhan digital.
Tidak ada berita yang yang nyelonong begitu saja sebagai sebuah teks tanpa konteks dan sub-teks yang jelas.
Tidak ada gerudukan pemberitaan dengan judul yang harus menohok seketika semacam:
Judul-judul yang menarik perhatian tetapi mengaburkan arti sesungguhnya dari pertemuan. Apalagi kalau penulisan ceritanya kemudian tidak bagus.
Belum kalau ada reporter/editornya nakal dan memberi judul berdasar tafsir mereka semacam:
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang menyodorkan judul berita—tanpa membaca isi beritanya terlebih dahulu—yang mereka anggap menunjukkan kehebatan tokoh pujaannya sekaligus merendahkan lawannya.
Tidak ada pendukung Diogenes maupun Alexander yang membawa perbedaan mereka ke medan media sosial yang anarkis.
Tidak ada unjuk argumen tidak jelas yang berujung—biasanya—ad hominem untuk mengubur dan mengaburkan persoalan.
Anda tahu apa yang kemudian terjadi dengan kisah pertemuan Diogenes dan Alexander itu?
Ia menjadi salah satu anekdot paling populer dalam dunia filsafat. Mempunyai pengaruh yang luar biasa kuat di bidang seni lukis, seni drama dan peran, dan kesusastraan. Melahirkan aliran filsafat sinisisme.
Ia menghadirkan tafsir atas kebutuhan hakiki manusia (yang diwakili oleh Diogenes) dan goda dunia (yang diwakili oleh Alexander).
ADVERTISEMENT
Ia menghadirkan pembicaraan tentang apa yang sesungguhnya arti kekuasaan: Ketika kekuasaan ada di tangan atau ketika nafsu untuk berkuasa sudah tidak ada.
Inspirasi dari pertemuan itu seperti tidak pernah ada habisnya. Zaman yang berbeda menghadirkan ketertarikan, tafsir, dan kesimpulan yang berbeda pula.
Zaman yang serba lambat memberi kesempatan bagi sebuah peristiwa untuk dipercakapkan dan disalingtautkannya teks—pertemuan itu sendiri dan semua yang terjadi di dalamnya, konteks—siapa Diogenes dan Alexander, semangat zaman yang melingkupinya, dan sub-teks—pesan tersembunyi dari sebuah peristiwa.
Pada akhirnya, "Separate text from context and all that remains is a con—Pisahkan teks dari konteks dan yang tertinggal hanya (con) tipu daya" kata penulis dari Irlandia, Stewart Stafford. Kalau sudah begitu, tak perlu pula kita bicara tentang sub-teks. Tak ada gunanya.
ADVERTISEMENT
Zaman yang serba-cepat sering melupakan ini.