Cover- Yusuf Mansur

4 Akhlak Mulia Terhadap Sesama

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
19 Mei 2020 7:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yusuf Mansur. Foto: kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur. Foto: kumparan.
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk sosial. Yang dalam menjalankan kehidupannya ia tidak terlepas dari bantuan orang lain. Salah satu hal yang menjadi peran penting dalam pelaksanaan hubungan sosial antar sesama adalah adanya akhlak. Seperti yang diketahui bahwa akhlak yang tidak lain adalah budi pekerti merupakan sebuah aspek dalam jiwa seseorang yang memicu untuk melakukan suatu perbuatan tanpa perencanaan.
ADVERTISEMENT
Akhlak merupakan satu hal yang peranannya sangat penting karena akhlak merupakan pembeda antara manusia dengan hewan atau makhluk lainnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan akhlak mempunyai andil yang besar. Manusia dikelilingi oleh manusia lainnya.
Beberapa bentuk akhlak yang baik kepada sesama itu di antaranya: Pertama, husnuzan. Diterangkan dalam Q.S Al Hujurat: 12 yang terjemahannya artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman!Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,Allah Maha Penerima Taubat, MahaPenyayang.”
ilustrasi pixabay.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sejatinya manusia yang beriman harus menjauhi banyak prasangka,karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa, terlebih jika prasangkanya itu adalah dalam suatu prasangka yang buruk. Prasangka yang baik akan menimbulkan kesan yang baik sehingga terciptalah rasa saling hormat-menghormati untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan harmonis. Dan prasangka yang baik pun akan menimbulkan perasaan nyaman serta ketenangan karena pikiran tidak dipenuhi oleh hawa-hawa buruk.
ADVERTISEMENT
Kedua, tasamu.Tasamu yang dalam artian tenggang rasa, pun merupakan salah satu bentuk akhlak mulia yang harus senantiasa dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Tasamu juga berarti toleransi yang mana adanya penanaman sikap menghargai orang lain baik pendapatnya, pemikirannya, pendiriannya atau pun hal yang lain.
Dasar dari toleransi adalah rasa kasih sayang, di mana dari kasih sayang itu muncullah suatu ikatan yang tak lain adalah ikatan persaudaraan atau ukhuwah. Dalam salah satu hadis mengatakan bahwa,“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi itu bagaikan satu tubuh. Apabila adasalah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain merasakan demam.” (HR. Bukhari).
Bagi orang mukmin, sikap tenggang rasa atas dasar saling mengasihi itu perlu karena sejatinya semua orang mukmin adalah saudara. Lalu bagaimana dengan orang yang bukan mukmin atau orang Islam?
ADVERTISEMENT
Tetap saja, toleransi atau sikap tasamu harus dilakukan meskipun pada orang yang berbeda keyakinan. Artinya, seseorang tidak bisa memaksakan orang lain untuk sama seperti dirinya, jadi meskipun berbeda keyakinan tetap harus ada toleransi untuk tidak mendeskriminasi.
Ketiga, tawadhu. Tawadhu yang tidak lain adalah rendah hati kepada sesama manusia adalah salah satu bentuk akhlak terpuji di mana seseorang merendahkan hatinya di hadapan orang lain dan berinteraksi dengan rasa kasih sayang juga kelembutan tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Sifat tawadhu menghasilkan atau menimbulkan rasa persamaan yang mana nantinya menuju pada keadilan juga rasa saling menghargai.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw bersabda;Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendahkan diri sehingga salah seorang dari kalian tidak saling membanggakan dan tidak saling mendalami yang lain. (HR. Muslim).
ADVERTISEMENT
Keempat, ta’awun. Ta’awun adalah berbuat baik di mana adanya tindakan saling tolong-menolong antar seseorang kepada orang lain dengan ikhlas tanpa pamrih. Dengan ta’awun itu bisa meningkatkan nilai sosial seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Di mana orang yang melakukankebaikan itu akan diberikan balasannya, walau sekecil apa pun bentuk kebaikan tersebut. Ta’awun mengajarkan manusia untuk saling tolong-menolong dan menguatkan rasa peduli serta tanggungjawab. Tidak ada batasan untuk seseorang melakukan kebaikan dan saling menolong asalkan dalam konteks kebaikan.
Berbeda halnya dengan tolong-menolong dalam keburukan. Sejatinya menolong itua dalah perbuatan baik, maka konteks aplikasinya pun harus direalisasikan dalam hal kebaikan pula.Sebagaimana dijelaskan dalam penggalan ayat di Q.S Al Maidah: 2, yang artinya, “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalamberbuat keburukan dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.”
ADVERTISEMENT
Sebab tolong-menolong bisa menjauhkan manusia dari permusuhan yang dapat memecah belah dan merusak kerukunan dalam bermasyarakat. Melalui keempat akhlak mulia kepada sesama manusia yang senantiasa kita jaga dan kita pelihara dalam diri kita, Insyaallah akan menjadi pembuka jalan bermasyarakat. Kalau akhlaknya sudah baik, kita akan mudah beradaptasi dengan lingkungan apa pun dan berinteraksi dengan siapa pun. Insyaallah..
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten