Benerin Sikap Kita ke Allah

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
Konten dari Pengguna
29 April 2019 5:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
bimoseno/daqu
zoom-in-whitePerbesar
bimoseno/daqu
ADVERTISEMENT
Kita ini aneh. Mau dunia, tapi nggak mau deket sama Yang Punya Dunia.
ADVERTISEMENT
Dikasih tau caranya mendekati dunia, sama Yang Punya Dunia, malahan nggak percaya.
Yang Punya Dunia datang, ke langit dunia-Nya, mendekati para pencari dunia, lalu menawarkan dunia, juga ampunan dan rahmat-Nya, tapi kita nggak mau menyambut-Nya.
Setelah datang pagi, ketika Pemilik Aslinya balik ke ‘Arsy-Nya, kita malah bertebaran sibuk mencari dunia.
Misal ada orang yang memberi modal buat kita, tapi sejak dikasihnya hingga kemudian hidup kita berubah, kita tidak mau menemui yang memberi modal, kira-kira bagaimana?
Ada yang meminjamkan kita rumah, tapi hingga kemudian kita beranak cucu di rumah tersebut, kita tidak pernah datang menemuinya. Kira-kira bagaimana?
Ada yang meminjamkan kita mobil, tapi hingga kemudian mobil itu rusak, kita tidak pernah datang menemuinya. Kira-kira bagaimana?
ADVERTISEMENT
Di perusahaan, kita nih yang kerja, bukan orang keuangan. Tapi ketika kita menerima gaji, kita berterima kasih kepada bagian keuangan, orang yang sebenarnya (secara manusianya) justru kalau kita nggak kerja, dia nggak kerja.
Seorang tukang bekerja untuk rumah majikannya. Kenapa lalu tukang yang berterima kasih? Sebab sudah dikasih pekerjaan?
Beragam pertanyaan saya tanyakan pada diri saya. Dan pertanyaan ini saya terus kembangkan. Dengan maksud, bertanya kepada diri saya sendiri tentang hubungan saya sama Allah. Allah memberi begitu banyak hal. Namun subhanallah, kita tiada mau dekat dengan-Nya. Berterima kasihnya kita, seadanya. Tidak imbang dengan apa yang diberikan Allah buat kita.
Ilustrasi berdoa Foto: Shutter Stock
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)," (QS. Ibrahim: 34).
ADVERTISEMENT
Perhatikan dua ayat sebelum Allah mengemukakan ayat 34 Surah Ibrahim. Dua ayat ini Allah mengatakan benar-benar sudah memberi begitu banyak buat manusia.
“Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan dari langit air hujan yang kemudian keluar dengan air itu buah-buahan sebagai rezeki bagimu. Dan Dia telah menundukkan bagimu kapal agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dan Dia telah menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus menerus beredar di orbitnya, dan telah menundukkan malam dan siang bagimu,” (QS. Ibrahim: 32-33).
Manusia itu senangnya menzalimi Allah dan melupakan Allah, sungguh ayat yang dahsyat. Hanya memang karena kedunguan kita, ayat itu menjadi “biasa saja”. Gak ngefek.
ADVERTISEMENT
(tulisan ini pernah dimuat di Majalah Daqu dan web daqu.sch.id)