Banjir di Kampung Pulo

Bersih Hati Hadapi Musibah Banjir

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
3 Januari 2020 8:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berkativitas saat banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Warga berkativitas saat banjir di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (2/1). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2020 mendatangkan musibah bagi sebagian masyarakat Indonesia. Banjir yang diakibatkan curah hujan ekstrem melanda sebagian kawasan Jabodetabek. Puluhan orang tewas dan ribuan lainnya dikabarkan mengungsi. Banjir juga terjadi di kampung saya, Kampung Ketapang yang berada di Cipondoh, Tangerang.
ADVERTISEMENT
Seperti banyak musibah yang pernah terjadi sebelumnya. Banjir kali ini juga mengundang empati dari seluruh masyarakat Indonesia. Ada yang mendoakan, ada yang mencoba menawarkan bantuan hingga memberikan info-info yang dirasakan penting bagi para korban banjir. Tentunya saya senang dengan yang sikap seperti ini. Ini membuktikan kita bersaudara sebagai bangsa Indonesia
Tapi sedihnya di tengah tragedi banjir ini ada juga pihak-pihak yang mencoba menjadikan ini sebagai ajang adu domba antar anak bangsa. Beredar meme berisi gambar para tokoh bangsa dengan narasi yang saling menyerang, menyalahkan dan terkesan untuk mengadu kita. Ada meme si A menyalahkan si B dan sebaliknya. Juga foto tokoh B yang seperti sedang meledek tokoh C. Entah apa motif dan maksudnya tapi menurut saya ini sangat tidak elok dan juga gak baik saat saudara-saudara kita yang menjadi korban banjir tengah membutuhkan bantuan.
ADVERTISEMENT
Ada yang saling adu argumen gak kelar-kelar tapi isi diskusinya berisi kata-kata hujatan dan cacian. Di era media sosial ini memang siapa saja bisa berargumen dan berkomentar pada suatu peristiwa dibungkus dengan narasi yang kritis. Mempertanyakan kebijakan pemerintah tentunya tidak salah dan itu sah-sah saja. Tapi saya yakin kita tahu beda antara pertanyaan, hujatan atau fitnah.
Ilustrasi ujaran kebencian. Foto: Pixabay
Berulang kali saya berpesan agar apa-apa yang beredar di sosial media yang berupa keburukan, kejelekan, kesalahan, maka jangan disebar lagi. Belum tentu benar juga. Dan kalau benar, harusnya malah sedih, prihatin. Jangan senang bahwa berita itu benar. Harus sedih bahwa ada teman kita yang tergelincir, salah, terjerumus. Jika kita memang tidak tahu akan sesuatu hal maka baiknya kita diam ketimbang menambah keruh dan jika kita mendapat informasi yang menurut kita sangat nggak pas bahasa dan pesannya dalam pandangan agama lebih baik kita menahan diri dari menyebarnya. Cukup berhenti di kita pesan tersebut, dan delete saat itu juga.
ADVERTISEMENT
Bila kita menikmati berita kejelekan, keburukan, dan apalagi makin nge-share, bisa jadi kejelekan, keburukan, dan kesalahan itu malah pindah ke kita. Jadi, kejelekan, keburukan, dan kesalahan kita. Padahal, di saat yang sama yang bersangkutan misalnya bertaubat, dan pertaubatannya diterima, maka jadilah kita jauh lebih buruk daripada saat orang tersebut melakukan itu semua.
Bahkan saat mengatasnamakan dakwah, menasihati, memperbaiki, periksa hati. Bisa jadi ada nafsu dan ego kita yang bermain. Sehingga jatuhnya ghibah atau fitnah. Atau ikut mengghibah atau memfitnah.
Menghadapi musibah banjir ini saya berpesan untuk kita saling mendoakan. Kita mendoakan para korban agar banjir lekas surut sekaligus diberikan kesabaran dalam menghadapinya. Kita juga mendoakan para tokoh dan pimpinan agar bisa bertugas dalam membantu para korban banjir serta bisa mencari solusi dari tragedi ini. Kita juga mendoakan para petugas dan relawan yang membantu evakuasi para korban banjir agar tetap diberikan kesehatan dan amalnya mendapat ganjaran yang setimpal nantinya.
ADVERTISEMENT
Pastinya ada yang bertanya, apa cukup kita berdoa aja, tadz?
Yah, nggak. Bagi yang memang sanggup membantu silahkan. Bila ada kawan-kawan yang mengerti soal tata kota dan paham teori mencegah banjir jadikan itu tulisan dan viralkan. Ini lebih baik dan sangat baik karena yang dibagi adalah ilmu. Bila ada yang paham tentang dunia medis, hayo dah sambangi posko-posko banjir terdekat dan bantu periksa kesehatan para korban banjir. Begitu juga jika ada yang paham dunia pertolongan darurat bergabung dah jadi relawan untuk mengevakuasi warga terdampak korban banjir.
Insya Allah bila kita saling membantu dan mendoakan negara ini akan kembali menjadi kuat dan bisa melewati segala ujian dan kesulitan yang ada.
Bantuan logistik banjir di daerah Gunung Sahari, Jakarta Pusat Foto: Paulina Herasmarinandar/kumparan
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten