Cover-Yusuf Mansur

Diam, Obat Marah

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
24 Maret 2020 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yusuf Mansur. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Daawul ghadhab bish-shumti.” Obatilah kemarahan dengan diam. Begitu yang tersirat dalam sepenggal kata bijak yang sederhana namun begitu tegas. Tegas menyindir kita sebagai manusia yang sering kali tidak terkendali kala kemarahan datang membakar. Benci, dendam, dan emosi melekat pada diri kita.
ADVERTISEMENT
Marah ??? Lebih baik diam.
Inilah diam yang dianjurkan. Memang, diam tidak selamanya berarti emas. Tapi, saat kita tengah diselimuti kemarahan, maka yang lebih baik dilakukan adalah diam.
Saat kita marah, seluruh tenaga kebencian akan dikerahkan, tuh. Apa jadinya jika kemarahan itu terus dikobarkan dengan kata-kata yang keluar dari lisan kita? Seluruh isi kebun binatang akan diucap, saat kemarahan tetap dipelihara dan disuburkan dengan lisan kita.
Ada pelajaran berharga dari baginda Nabi SAW, ketika seseorang dalam kondisi marah yang memuncak, maka ia dianjurkan untuk duduk. Jika belum sembuh juga, maka ia dianjurkan untuk berbaring. Jika berbaring pun belum mampu meredakan marahnya, maka hendaknya ia mengambil wudu.
Tiga tahapan itu punya nilai masing-masing. Pertama, seseorang ketika sedang marah dalam keadaan berdiri, besar kemungkinan ia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk melampiaskan kemarahannya. Kedua, berbaring. Berbaring bisa membantunya meredakan marah yang memuncak dan darah yang mengalir akan stabil, sebab gejolak marah yang menghantam. Ketiga, mengambil wudu. Air wudu akan mendinginkan pori-pori dan batin kita akan semakin tenang.
Ilustrasi marah Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten