Enggak Ada Jaminan

Yusuf Mansur. Foto: kumparan

Orang sekarang udah makin hebat. Berani ngritik Allah dan Rasul-Nya, juga Alquran dan Alhadis, yang dipikir enggak rasional. Ampun, ya Allah.

Saya suka terkesima. Saat saya jauh dari Allah saja, duluuuuuu, saya enggak berani bilang Alquran salah, kurang tepat, enggak bisa dipake.

Saat saya masih jauh dari Allah, malah saya ngerasa saat lihat Alquran, ia seperti melambai-lambai. Minta saya membukanya.

Ya Allah… Makan apakah kami ini? Sehingga berani kepada-Mu? Tinggal di manakah kami? Hingga berani kepada kekasih-Mu, Nabiyallah Muhammad?

Izinkan kami belajar lebih banyak tentang-Mu, tentang Alquran-Mu, tentang Rasul-Mu, dan sunah-sunah Rasul-Mu.

Dan, maafkan kami semua, ya Allah. Maafkan. Jangan Engkau azab salah satu dari kami. Bimbing saja kami, dan sayangi kami.

Dulu kami suka bingung. Kami sudah Islam, mengapa Engkau dan Rasul-Mu menyuruh kami berdoa. Agar wafat dalam keadaan Islam.

Kami suka bingung, mengapa wasiat takwa, dan jangan mati kecuali dalam keadaan Islam, diperdengarkan setiap khutbah Jumat.

Sekarang kami paham…

Enggak ada jaminan kami akan wafat dalam keadaan muslim. Enggak ada jaminan. Enggak ada jaminan kami enggak akan keblinger. Lalu meninggalkan-Mu.

Dan enggak ada jaminan pula kami enggak akan masuk menjadi musuh-musuh-Mu. Punya musuh manusia aja repot. Gimana lagi jadi musuh-Mu.

Tapi hari ini, ya Allah. Sangat perlu kami berdoa. Agar Engkau menjaga kami dari kesesatan diri kami sendiri.

Hari ini saya tidak melihat yang lain. Apalagi menyalahkan yang lain. Saya melihat diri saya. Melihat kesalahan-kesalahan saya.

Kawan-kawan semua. Mohon kan maaf buat saya. Mohon kan ampun buat saya… Masih banyak lengahnya dalam beragama.