news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jangan Lelah, Rise up Together

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
Konten dari Pengguna
4 Juli 2022 19:51 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jangan Lelah, Rise up Together
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tulisan ini ditulis oleh Dr. H. Tarmizi As Shidiq, M.Ag, salah satu pimpinan Daarul Qur'an.
ADVERTISEMENT
=========
“Rise” atau bangkit bermakna bangun dari sesuatu. Bagi pecinta film tentunya sudah tidak asing lagi dengan film Star Wars, film ini pertama kalinya dibuat oleh George Lucas pada tahun 1976. Star Wars menjadi legenda dalam industri film dan digemari oleh segala usia. Pada film Star Wars ke-9, The Rise of Skywalker menjadi tagline, kata the Rise dipilih untuk menggambarkan berakhirnya konflik keluarga skywalker. Ujungnya kebenaran menjadi pemenang dalam setiap konflik yang ada.
Kata bangkit juga banyak ditemukan dalam perjalanan sejarah. Bangkit menjadi simbol dari kemunculan, kemajuan dan pembaharuan dari berbagai bidang keilmuan. Di Eropa dikenal dengan Renaissance, kebangkitan peradaban modern di Eropa setelah mengalami dark age. Selama dark age atau masa suram, ilmu pengetahuan di Eropa terkesan jalan ditempat karena dibatasi oleh gereja.
ADVERTISEMENT
Ahmad Suhelmi dalam “Pemikiran Politik Barat” menjelaskan bahwa zaman renaisans (abad XIV-XVI) adalah satu abad keemasan (golden age) dalam sejarah peradaban barat. Zaman ini merupakan fase transisi yang menjembatani zaman kegelapan (dark ages) dengan zaman pencerahan (enlightenment age). Dengan lahirnya renaisans, seberkas kemilau cahaya peradaban barat mulai bersinar. Tanpa renaisans, Eropa mungkin tidak akan menapaki abad-abad modern dengan begitu cepat
Dalam sejarah Islam, diutusnya Rasullah Saw menjadi era kebangkitan Islam, Islam sebagai agama samawi yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw mempunyai peranan yang besar dalam mengubah kehidupuan dunia, Islam hadir memberikan jawaban terhadap tantangan yang hadir saat itu, menjadi penyempurna ajaran yang telah turun sebelumnya sekaligus memperbaiki perilaku manusia yang masih jahiliyah. Islam juga hadir memberikan pecerahan ke belahan dunia lainnya, yang pada saat itu juga dalam kondisi kegelapan. Kemajuan dakwah Islam sejak masa kenabian Muhammad Saw hingga beliau wafat dan dilanjutkan Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Ustman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib
ADVERTISEMENT
Abad pertengahan menjadi masa keemasan bagi peradaban Islam. Ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat. Perluasan wilayahnya mencapai wilayah Eropa, salah satunya adalah Andalusia. Harun Nasution dalam “Perkembangan Sejarah Islam” membagi sejarah Islam dalam tiga periode yaitu : periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M) dan periode modern (1800 – dan seterusnya), dalam pandangan Saleh Putuhena era klasik Islam berlangsung di antara abad VII hingga abad XIII Masehi. Periode ini dijuluki the golden age of Islam. Kejayaan Islam berlangsung cukup lama hingga sampai pada masa kehancurannya. Dengan kehancuran kejayaan Islam ini bersamaan dengan Renaisans di Eropa. Tetapi Islam bangkit kembali sejak masa Ottoman
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Kebangkitan terjadi tahun 1908 dengan lahirnya organisasi Budi Otomo di Yogyakarta yang didirikan Dr. Wahidin Soedirohoesodo. M.C. Ricklefs dalam “Sejarah Indonesia Modern” menjelaskan bahwa pada dasarnya kehadiran Budi Utomo merupakan suatu organisasi priayi Jawa yang mengutamakan sektor pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan dalam pergerakan, kebangkitan dan pembaharuan dakwah Islam di Indonesia, gerakan ini menurut Ramayulis (2012:295), dipengaruhi secara kuat oleh pemikiran dan usaha tokoh-tokoh pembaruan Timur Tengah pada abad ke-19, khususnnya Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Gerakan pembaruan yang datang dari Timur Tengah ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu, jalur publikasi dan jalur pendidikan. Sementara itu Ira M. Lapidus (2000:328) mencatat bahwa sejumlah pergerakan Islam di Jawa didirikan antara 1905 dan 1912 yang terbesar diantaranya adalah Muhammadiyah, yang dirikan tahun 1912.
ADVERTISEMENT
Yudi Latief (2013:215) menjelaskan pelopor sistem pendidikan madrasah dalam milieu komunitas tradisionalis adalah Abdul Wahab Chasbullah (lahir 1888). Setelah kepulangannya dari belajar di Mekkah (1909-1914), dia mulai berkolaborasi dengan Mas Mansur (mantan mahasiswa Al-Azhar yang bergabung dengan Muhammadiyah pada 1921) unluk mendirikan jam'iyah yang bernama Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Negeri) di Surabaya pada 1916. Tujuan dari jam'iyah ini ialah untuk mengangkat mutu pendidikan bagi umat Islam dengan jalan mendirikan sekolah-sekolah Islam modern Nahdlatul Wathan dengan wawasan nasionalis. Yudi Latif menambahkan bahwa pusat teladan dari modernisasi komunitas epistemik tradisionalis di Jawa ialah Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, yang Didirikan pada 1899 oleh KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947), seorang mantan murid KH. Achmad Khatib, pesantren ini dengan segera terkenal sebagai pusat studi Islam tingkat tinggi, terutama di kalangan komunitas tradisionalis. KH. Hasyim Asy'ari merupakan tokoh utama dalam pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama.
Abdul Djamil (2008:15) menjelaskan bahwa berbicara dinamika studi keislaman di Indonesia tidak bisa mengabaikan peran penting dari beberapa organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang lahir di negeri ini. Beberapa ormas terbesar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis sudah sejak lama memiliki tradisi menggali ajaran Islam dari sumber utamanya. Ormas-ormas ini juga memberi kontribusi yang tidak sedikit ketika kaum penjajah menggerogoti kedaulatan dan kekayaan alam Nusantara. Menurutunya, NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis telah lama melakukan kerja besar merintis lahirnya peradaban keislaman, yang kelak diidentikkan sebagai model Islam keindonesiaan.
ADVERTISEMENT
Bagi insan dan keluarga besar Daarul Qurán kata bangkit adalah kembali pada cita-cita dan impian Daarul Qurán, yaitu mewujudkan impian 5 benua. Mimpi itu harus besar dan luas. Semakin jauh kita bermimpi maka pohon yang kita tanam juga semakin besar. Ibarat pohon, mimpi itu harus dijaga dengan cara doa dan usaha. setiap insan Daqu diajarkan untuk punya impian, punya cita-cita yang tinggi.
Di dalam buku Feel, KH Yusuf Mansur menulis, “What do you want to be? DREAM it. Bangunlah mimpi saudara semua, lalu sampaikan ke Allah, Yang Maha Menggenggam Masa Depan kita. Berdoalah PRAY tegakkan semua kewajiban dan hidupkan sunnah-sunnahnya. Maka Dia yang akan membimbing ACTION kita. Menunjukkan jalan untuk mencapai mimpi-mimpi kita.” Action ini di awali dengan Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus, kesemuanya impian insan Daqu baik impian personal, lembaga dan keluarga berawal dari Allah Swt kembali ke Allah Swt
ADVERTISEMENT
Impian bagi insan Daqu adalah hasrat yang benar-benar diingginkan dan diwujudkan dengan usaha dan doá, bagi insan Daarul Qurán impian bukan mimpi, sesuatu yang terjadi saat tidur, bukan angan-angan tetapi impian adalah cita-cita, visi yang menjadi goal (tujuan) dan motivasi untuk mengapainya. visi merupakan suatu cita-cita atau keinginan dari organisasi atau individu yang dibuat melalui perencanaan organisasi untuk membangun dan mengembangkan masa depan organisasi atau lembaga dalam mencapai tujuan organisasi yang jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam buku "Daqu Story, Dream Pray and Action" dijelaskan bahwa Dream Daqu, Dream 5 Benua, Dream Indonesia, adalah Dream Kita bersama. Kenapa? Karena mimpi kita bersama saat Indonesia banyak melahirkan generasi hafizh Qur’an yang berprofesi dalam semua bidang, baik pemeritahan dan swasta; Mimpi kita bersama agar lembaga-lembaga Pendidikan Indonesia dapat berdiri di berbagai belahan dunia, bahkan Indonesia menjadi negara pusat dan tujuan orang dari berbagai negara untuk belajar; Mimpi kita bersama juga bila Indonesia ke depan, para pemipinnya amanah, bertanggung jawab, dan rakyat sejahtera.
ADVERTISEMENT
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Sunan An-Nasa'i dalam kitab Al-Jihad, Bab Ghozwah At-Turk wal Habasyah, nomor hadist 3176, mengkisahkan kejadian dalam penggalian Khandaq, ditemukan sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasullah Saw memukul batu besar itu sebanyak tiga kali dan pada setiap pukulan Rasullah Saw selalu berdo’a. Pukulan pertama Rasullah Saw ditampakkan kota-kota Kisra di Persia dan sekitarnya serta sejumlah kota besarnya. Kemudian pada pukulan kedua ditampakkan kepada Rasullah Saw Kaisar Romawi dan sekitarnya hingga dan kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada Rasullah Saw negeri Ethiopia dan desa-desa sekitarnya.
Peristiwa khandaq mengajarkan untuk tidak berhenti pada impian dan cita-cita, dalam saat sulit pun cita-cita tersebut tetap dipegang tidak dilepaskan. Perang Khandaq merupakan perang antara 3.000 personel umat Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personel, bahkan menurut Syekh Wahbah Zuhaili, jumlah personel kaum kafir 15.000 pasukan, dengan koalisi antara orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi. Di saat seperti itu Rasullah Saw mengajarkan tentang impian dan cita-cita yang dengan melihat negeri-negara besar memeluk cahaya Islam,
ADVERTISEMENT
Tahun ini, dunia berangsur-berangsur pulih dari dari dampak Covid-19, ragam aktifitas kembali berjalan normal dan geliat perekonomian perlahan mulai menunjukan grafik yang meningkat. Covid 19 banyak memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan organisasi. Selain itu, problem internal yang dihadapi oleh setiap organisasi pasca Covid-19 juga menghambat perencanaan dan program setiap organisasi. Maka, sudah seharusnya baik lembaga, perusahaan, dan semua entinitas mulai menata dan bangkit kembali untuk masa depan yang lebih baik.
Mari Bangkit Bersama Daarul Qurán