Lihai atau Lalai?

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
Konten dari Pengguna
7 Mei 2019 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yusuf Mansur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Proses setor hafalan Alquran santri pesantren tahfizh Daarul Qur'an
zoom-in-whitePerbesar
Proses setor hafalan Alquran santri pesantren tahfizh Daarul Qur'an
ADVERTISEMENT
Pernahkah kita iseng-iseng bertanya pada diri kita sendiri, "Sudah berapa kali kita melalui Ramadan ini? Lalu apakah kita semakin lihai menghadapi Ramadan yang tiap tahun kita temui atau sebaliknya malah menjadikan kita lalai?"
ADVERTISEMENT
Jika kita mengendarai motor semakin sering kita mengendarainya maka kita akan semakin lihai. Begitu juga pekerjaan yang lainnya. Jika sering kita lakukan maka kepandaian kita akan bertambah akan pekerjaan tersebut.
Hal yang sama juga berlaku pada bulan Ramadan kan? Banyak dari kita mungkin yang sudah puluhan tahun bertemu dengan bulan Ramadan. Namun apakah itu menjadikan kita lihai atau malah lalai memasuki bulan yang mulia ini?
Berapa kali kita khatamkan Alquran pada Ramadan? Bertambahkah setiap tahunnya atau malah mandek di situ-situ aja? Juga sudah semakin ikhlaskah dan tidak merasa berat lagi ketika harus mengeluarkan materi yang kita punya untuk bersedekah pada bulan Ramadan kali ini? Ini pertanyaan yang harus sering-sering kita utarakan pada jiwa kita.
ADVERTISEMENT
Jangan deh kita sampai jadi orang merugi, yaitu orang-orang yang amalannya pada hari ini sama dengan hari kemarin. Seorang muslim itu harusnya progresif. Selalu ada kemajuan dalam hidupnya. Bukan malah kemunduran. Begitulah sejatinya seorang muslim.
Jangan juga puasa kita termasuk ke dalam puasa yang hanya menahan lapar dan haus saja. Enggak ada nilai pahalanya. Karena di saat bersamaan, kita juga melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thabrani)
Ilustrasi santri mengaji. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Setop deh kita yang punya kebiasaan ngomongin orang, suka berucap enggak jujur, dan juga perbuatan-perbuatan maksiat. Setop dah di bulan Ramadan ini dan pertahankan pada bulan-bulan setelah Ramadan.
ADVERTISEMENT
Renungi baik-baik firman Allah SWT dalam hadits Qudsi berikut ini:
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku." (HR. Muslim)
Lihat untuk amalan selain puasa akan diganjar dengan 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Namun, lihatlah pada amalan puasa, khusus untuk amalan ini Allah sendiri yang akan membalasnya. Suka-suka Allah membalasnya. Enggak terbatas.
Jadi, yuk jangan lagi sia-siakan Ramadan kali ini. Isi hari-hari di bulan suci ini dengan amalan yang bermanfaat, bukan dengan perbuatan yang sia-sia atau bahkan mengandung maksiat. Perbanyak deh berderma, membaca Alquran, banyak berzikir, dan iktikaf di bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT