Cover-Yusuf Mansur

Omongan Kudu yang Bagus

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
29 Oktober 2019 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dok: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dok: kumparan
ADVERTISEMENT
Kita harus menjaga pikiran kita, mengasah dan menggunakan juga mengembangkan dan memaksimalkan pikiran kita. Di saat yang sama kita juga jaga perasaan kita. Mood, feeling, kita jaga betul. Berikutnya adalah pandangan kita, pendengaran kita, lisan kita. Dan akhirnya seluruh badan kita dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki kita. Kemudian kita keluar, kita jaga sekeliling kita. Inilah yang udah diberikan sama Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Lihat bagaimana kekuatan pikiran bekerja. Seorang tukang nasi goreng, namanya Ali Nasi Goreng. Ketika ia berfikir sebagai tukang nasi goreng ya dia tukang nasi goreng. Ga ada bedanya dan itu bisa berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan bisa sampai diwarisi ke anak-anaknya sebagai tukang nasi goreng. Maka Allah bilang “perbaiki pikiran kamu”. Satu hari dia tidak lagi berfikir sebagai tukang nasi goreng dia tidak lagi berfikir bahwa dia adalah dia. Dia pengen jadi orang baru, dia keluar dengan menjadi seorang pengusaha nasi goreng. Udah selesai nih dia tata warungnya, dia keluar sedikit dari gerobaknya. Dia keluar sebentar kemudian dia masuk lagi. Kemudian dia menyapa, “Gimana dek? Berapa omzet kita hari ini?” Lho. Ini gila ini. Gak ada yang diajak ngomong. Terus dia pindah tempat, terus dia bilang “3 juta pak”. Terus dia balik lagi, “bagus. Saya mau liat cabang saya yang lain”.
Ilustrasi gerobak nasi goreng. Dok: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Dan ketika saya dengan izin Allah makan ditempat si Ali Nasi Goreng itu dia udah punya kira-kira udah 80 sampai 100 outlet yang satu malamnya itu jutaan rupiah. Berubah gara-gara gitu. Lalu bagaimana pikirannya ditempel sama Qur’an, kalimatnya ditempel ama Qur’an, telinganya ditempel ama Qur’an, bagaimana kejadiannya? Ngucap, jadi, ngucap, jadi, ngucap, jadi. Ngomong Jum’at Senen udah nyampe, ngomong Ahad sejam berikutnya udah nyampe. Kalo ga karena Allah pengen semuanya hambanya ga sombong mungkin semuanya akan dikabul. Cuman kan Allah juga pengen kita tau bagaimana usaha, bagaimana penolakan, supaya juga jadi ilmu.
Ilustrasi Alquran. Dok: Pexels
Dalam satu hadis qudsi yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di dalam keadaan sendirian, niscaya aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mengingat-Ku di dalam sebuah kelompok, niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik daripada mereka."
ADVERTISEMENT
Hadits di atas mengajarkan kita harus selalu berprasangka baik dengan Allah swt yang punya kehidupan dan yang berhak menurunkan segala rejekinya pada kita. Jangan belum apa-apa, apalagi belum memulai ikhtiar kita sudah berpikir akan gagalnya. Ini bahaya. Kita sering berpikir, “kok gini banget hidup” ketika dalam kesusahan tapi kita juga sering tidak bersyukur saat sedang berada dalam kesenangan. Maka sikap berprasangka baik kepada Allah itu sangat penting kita jaga, salah satunya dengan biasa berpikir dan berkata yang baik.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten