Cover- Yusuf Mansur

Paham tapi Enggak Yakin

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
22 Juli 2020 8:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yusuf Mansur. Foto: kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur. Foto: kumparan.
ADVERTISEMENT
Adakah yang hidup sendirian? Hingga tidak perlu bertanggung jawab terhadap lingkungannya. Adakah yang hidup sendirian? Hingga tidak terkoneksi dengan dunia luar. Tidak juga terkena apa yang dilakukan oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Saya yakin, tidak ada satupun dari kita yang bisa hidup sendirian. Selalu ada keterkaitan antara satu dengan lainnya. Ada seorang pemilik kontrakan dipanggil petugas polisi. Dimintai keterangan untuk menjadi saksi. Rupanya terjadi transaksi narkoba di rumah kontrakan tersebut. Untuk kepentingan penyidikan, dipanggillah ia, si pemilik kontrakan.
Ada seorang ayah dipanggil kepala sekolah, sebab kenakalan yang dilakukan oleh anaknya. Ada satu keluarga yang dikucilkan oleh masyarakat, sebab satu dua hal yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarganya.
Sementara di tempat lain, ada seorang ibu diminta berdiri di tengah-tengah audiens, dan seluruh hadirin diminta bertepuk tangan sebagai penghormatan untuk ibu tersebut. Rupanya, anaknya baru saja usai unjuk kebolehannya memainkan piano.
Seorang ayah diberi pujian atas nilai rapor anaknya. Dan atau seorang camat dengan bangganya mendampingi pemenang lomba catur di tingkat wali kota yang berasal dari wilayah yang dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
Sebagian kisah di atas memaknai bahwa kita hidup saling terhubung. Saling terkoneksi. Yang satu ikut bertanggung jawab atas yang lainnya. Makin dekat dengan hubungannya, makin besar tanggung jawabnya.
Ketika kita bertemu dengan kisah yang menggembirakan, kita dengan mudahnya bahagia. Tapi lupa bersyukur. Lupa bilang alhamdulillah. Lupa bilang terima kasih ke Allah. Ketika kita bertemu dengan kisah yang menyedihkan, kita dengan mudahnya mengeluh. Dan lupa berdoa ke Allah. Lupa beribadah. Salatnya makin males. Salawatnya boro-boro. Sedekahnya ogah.
“Ah, Ustaz, ngapain ane salat. Allah aja enggak ngeliatin tuh.”
“Ente tau dari mane kalau Allah enggak ngeliat ente salat?”
“Nah itu buktinya, ane udah salat, tapi masih aja dikasih kesusahan. Kata Ustaz, kalau salat, Insya Allah rejekinya gampang, urusan lancar, segalanya enggak ada kendala. Halah apaan? Ini buktinya.”
ADVERTISEMENT
“Ente salat doang, itu pun salat wajibnye. Yah namanya kewajiban mah, jalanin aja. Enggak usah ngarep imbalan. Lurusin dulu niat ente. Selain salat, ente ngapain? Bantu orang?”
“Yah, Ustaz.. buat ane sendiri aja kurang, ya kali bantu orang. Makin berkurang dah.”
“Eits... jangan salah. Kan rumusnye jelas. Kalau kita bantu orang, maka Allah akan bantu kita. Jajal.”
Kadang kita sudah ngerti nih gimana teorinya, tapi buat praktiknya masih berat. Betul? Kenapa tuh? Karena yakinnya kurang.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten