Cover-Yusuf Mansur

Rumus Hidup Paling Sederhana

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
27 Maret 2020 9:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yusuf Mansur. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Yusuf Mansur. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Komentar. Ya, siapa saja boleh. Saya, anda, dan kita semua boleh berkomentar. Tapi, tidak semua orang paham etika berkomentar. Kita ini sering tenggelam dalam ego. Dibutakan oleh amarah. Hanyut dalam kata-kata pedas nan menusuk.
ADVERTISEMENT
Saat dituding dengan berita-berita yang tidak benar, dihadapkan dengan berbagai persoalan yang mengandung fitnah di dalamnya, tanpa disadari emosi kita meluap dan tidak terbendung lagi, tuh. Niatnya untuk klarifikasi bahwa yang disampaikan itu tidak benar. Tapi kenapa harus bercampur emosi? Kenapa tidak dengan ucapan yang tenang, santai, namun pasti.
“Berkata baik, atau diam.”
Ungkapan ini sering kali kita jumpai. Kita sudah paham bagaimana teori diam yang sesungguhnya, toh? Lantas, kenapa kita masih sering terperangkap dalam luapan emosi?
Tidak hanya melalui lisan, luapan emosi ini bahkan lebih sering kita jumpai dalam bentuk tulisan.
Lihat, zaman sekarang semua orang bisa dengan mudahnya mengakses sosial media. Ngisi kekosongan, buka sosial media. Ngusir kebosanan, main sosial media. Ngapus kejenuhan, berselancar di sosial media. Iya kan? Bener kan?
ADVERTISEMENT
Santai, asyik scroll beranda sosial media, tiba-tiba bisa kepancing emosinya hanya dengan baca komentar orang lain yang pedasnya melebihi cabai rawit yang warnanya merah, tuh.
Kemudian kepancing juga emosinya untuk membalas komentar itu dengan kata-kata yang jauh lebih pedas. Kalau yang sebelumnya pakai cabai lima, yang ini cabainya sepuluh bahkan dua puluh.
Kita merasa tidak terima dikomentari pedas oleh orang lain, maka kita membalas dengan komentar yang lebih pedas. Dengan tujuan, supaya dia merasakan apa yang kita rasakan.
Akhirnya, dia enggak terima juga, tuh. Bales komentar kita yang jauuuuuuhh lebih pedas lagi daripada komentar yang kita berikan. Hehehe atuh kalau gini, kapan berakhirnya? Yang ada malah jadi semakin berbalas komentar pedas.
ADVERTISEMENT
Sebetulnya, satu-satunya rumus hidup paling sederhana adalah;
“Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.”
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten