Ilustrasi Alquran

Selagi Masih Ada Kesempatan

Yusuf Mansur
Pendiri Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran
12 September 2019 10:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Alquran. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Alquran. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Memasuki tahun baru 1441 Hijriah, kita semua mengalami penambahan sekaligus pengurangan. Umur bertambah dan kesempatan bertambah. Tapi saat yang sama, kesempatan hidup kita sebenarnya jadi berkurang.
ADVERTISEMENT
Manusiawi belaka, kalau kita ingin berumur panjang dan meraih sukses tahun mendatang dan tahun-tahun berikutnya. Seperti dikatakan Nabi Muhammad SAW, “Hati orang tua yang telah lanjut usia cenderung pada dua hal, yaitu umur panjang dan banyak harta.” (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Namun, bukan panjang-pendeknya umur yang esensial dalam kehidupan, melainkan bagaimana kualitas kehidupan kita.
Dalam Quran Surah Al-Ashr, Allah SWT memperingatkan: "Demi ashr (waktu) semua manusia berada dalam kerugian; kecuali yang beriman dan beramal saleh, saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran."
Menurut Imam Syafi'i, seandainya Allah tidak menurunkan selain surah Al-Ashr, niscaya sudah cukup. Imam yang lain mengatakan, “Surat Al-Ashr mencakup seluruh ilmu yang terkandung dalam Alquran.” (Syeikh Tohir Asur, Tahrir wa At-Tanwir: 528)
ADVERTISEMENT
Sayyidina Ali mengingatkan, “Waktu laksana pedang terhunus, bila anda tidak menggunakannya untuk kebaikan dia akan memenggalmu.” Pesan ini bermakna: Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu atau kesempatan.
Esok di Hari Penghabisan, seperti dikatakan Rasul, belum lagi kedua kaki seorang beranjak, ditanyalah tentang usianya, dihabiskan untuk apa; tentang ilmunya, diabadikan untuk apa; tentang hartanya, diperoleh dari mana dan dibelanjakan untuk apa; tentang badannya, digerakkan untuk apa (HR. Tirmidzi).
Dari neraka, kelak bakal terdengar jerit penyesalan manusia yang gagal memaknai waktu: “Oh, andai aku dulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS. Al-Fajr: 24). Mereka mengiba: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke (dunia) agar aku berbuat amal yang saleh yang telah kutinggalkan…” (QS. Al-Mu'minun: 99-100) Bahkan di antara mereka ada yang berkata: Lebih baik kiranya aku menjadi tanah saja!
ADVERTISEMENT
Itulah sesal manusia yang akhir kehidupannya buruk. Ibnu Katsir Rahimahullah dalam Kitab Al Bidayah wan Nihayah (XIX/184) berkata, “Sungguh, dosa, maksiat dan syahwat adalah biang tergelincirnya manusia saat kematiannya, ditambah lagi dengan godaan setan. Jika maksiat dan godaan setan terkumpul, disertai lemah iman, maka sungguh amat mudah berada dalam su’ul khotimah (akhir hidup yang jelek).”
Maka, sebelum semuanya terlambat, Nabi mewanti-wanti umatnya: “Optimalkan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan: Mudamu sebelum pikun, sehatmu sebelum sakit, kayamu sebelum miskin, luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim)
Di awal tahun Hijriah ini, selain memperbanyak timbangan amal tahun 1441 H untuk diri kita sendiri, kita juga masih berkesempatan mengirim pahala buat orang tua yang sudah meninggal. Itulah salah satu bentuk birrul waalidain.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan oleh Imam An-Nawaawi, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik pada kedua orang tua, melakukan hal yang dapat membuat mereka bergembira, dan berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Buatlah kedua orang tua tersenyum di alam kubur, dengan amal saleh yang diniatkan pahalanya bagi mereka. Abu Asyad Malik ra menuturkan, ketika ia dan para sahabat duduk di sisi Rasulullah Saw tiba-tiba ada seorang lelaki mendekati beliau seraya bertanya, “Masih adakah kebaktian lainnya kepada orang tua yang bisa kulakukan setelah kematiannya?”
Beliau menjawab, “Ya, yaitu salat tepat waktu, mendoakan ampunan bagi keduanya, memenuhi janji mereka semasa hidup, dan menyambung silaturahmi dengan kerabat yang bisa terputus, dan menghargai teman-teman baiknya.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)
ADVERTISEMENT
Bahkan untuk almarhum atau almarhumah orang-orang tercinta pun, kita juga dapat bersedekah atas namanya. Dulu, seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, ibuku telah wafat dan belum sampai berwasiat tentang hartanya. Jika sempat berwasiat, kukira pasti akan bersedekah juga. Maka jika aku sedekah atas nama ibuku, apakah ia akan mendapatkan pahala?". Jawab Rasul, "Ya!"
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten