Ilustrasi perempuan dirundung

Dari Putri Candrawathi ke AG: Mengapa Masyarakat Gemar Menyalahkan Perempuan?

Yuviniar Ekawati
Seorang penulis lepas
9 Maret 2023 17:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ada satu benang merah yang bisa kita tarik dari kasus Putri Candrawathi hingga anak perempuan 15 tahun berinisial AG: mereka dianggap sebagai asal-muasal kejahatan yang dilakukan oleh laki-laki di dekatnya.
Peribahasa “tidak ada asap jika tidak ada api” kemudian seringkali muncul menanggapi kasus ini, memosisikan perempuan sebagai penyulut api kebencian dalam diri laki-laki hingga dianggap menjadi pendorong untuk mereka berbuat kejahatan. Laki-laki ditempatkan sebagai makhluk pasif yang tak akan berbuat hal keji jika saja tidak ada dorongan dari perempuan untuk melakukannya.
Siapa pun itu, tidak terkecuali perempuan, harus dapat bertanggung jawab atas perilakunya. Jelas, baik Putri Candrawathi dan AG harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
check
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
check
Bebas iklan mengganggu
check
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
check
Gratis akses ke event spesial kumparan
check
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten