Tepat setelah saya mendorong anak keluar lewat vagina, resmi sudah saya diakui masyarakat sebagai seorang ibu. Namun, semua tidak seperti bayangan saya sebelumnya. Setelah dia meluncur keluar dari tubuh saya, anak saya dipisahkan dari saya selama beberapa waktu. Kondisinya yang lemah karena lahir prematur membuatnya membutuhkan perawatan ekstra.
Bayangan saya sebelumnya adalah setelah anak lahir, ia akan langsung dapat saya peluk. Dia akan mencari payudara saya untuk menyusui. Di bayangan itu semua terasa lancar dan hangat. Di bayangan saya, saya dan pasangan saya akan saling menatap dan tersenyum lebar dengan seorang bayi di pelukan. Tetapi yang saya hadapi berbeda. Imaji ideal itu dan kenyataan yang ada, membuat saya merasa jauh dari bayangan ibu ideal. Tangan saya belum menggendongnya sama sekali. Di hari saya melahirkan, kontak paling dekat dengannya yang bisa saya lakukan adalah memegang kaca ruangan bayi.
Syukur, setelah melalui berbagai pemeriksaan, anak saya dinyatakan cukup kuat dan tidak perlu masuk ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Keesokan paginya, saya diperbolehkan untuk menyusuinya. Namun ternyata saya kesulitan karena kondisi inverted nipple. Seorang perawat menekan payudara saya dan mengatakan bahwa payudara ini tidak bisa dipakai menyusui, mematahkan semangat saya untuk dapat memberikan ASI. Padahal dengan puting yang datar sebenarnya menyusui masih mungkin dilakukan.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814