5 Jurus Membasmi Merkuri di Bumi Maluku

22 Maret 2017 18:41 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Mencari nafkah dari penambangan emas, Maluku. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Emas akan tetap dicari dan diincar dari masa ke masa. Ini salah satu harta karun dunia yang kerap bikin gelap mata, dan Indonesia memiliki kandungan emas luar biasa dalam perutnya.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, emas di rahim nusantara yang mestinya menjadi keuntungan tiada tara bagi bangsa ini, berbuah jadi kutukan. Logam mulia itu diolah rakyat dengan merkuri atau air raksa yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Ada ratusan tambang emas bermerkuri yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua itu, tepatnya 850 area, diperintahkan ditutup oleh Presiden Joko Widodo. Jika tidak, penggunaan merkuri pada tambang-tambang itu akan mengancam populasi penduduk.
Penambang menyiapkan merkuri untuk mengolah emas (Foto: Larry C. Price/Pulitzer Centre on Crisis Reporting))
Jokowi juga meminta penggunaan merkuri dalam pertambangan dihentikan. Dan ini bukan perkara mudah. Tambang emas di Poboya, Palu, Sulawesi Tengah pun sampai saat ini masih menggunakan merkuri untuk mengekstraksi dan mengikat emas.
Beda Palu, beda Buru. Pulau di Maluku itu menutup tambang emas bermerkurinya pada 17 Maret 2017, atas instruksi Gubernur Maluku Said Assagaff.
ADVERTISEMENT
Said menutup dua lokasi tambang emas liar di Buru, yakni Gunung Botak dan Gogorea yang menggunakan merkuri dan sianida dalam proses penambangannya.
Merkuri di kedua tempat itu, ujar Said, telah merusak lingkungan --mencemari tanah dan sungai beserta ikan-ikan di dalamnya, dan mematikan tanaman.
Paling parah, warga jadi terpapar merkuri. “Ada warga yang sampai rambutnya mengandung merkuri,” ujar Said.
Gubernur Maluku Said Assagaff (Foto: Naufal Abdurrasyid/kumparan)
kumparan (kumparan.com) merangkum 5 solusi Said Assagaff untuk membasmi merkuri, seperti yang ia paparkan dalam wawancara di Kapal Gubernur pada Kamis (9/3).
1. Mengangkat sedimen
Kondisi sungai Anhoni. (Foto: Dok. Istimewa)
Ini solusi jangka pendek, setelah melihat kandungan merkuri di sungai-sungai sekitar Gunung Botak yang kadar merkurinya sudah di luar ambang batas.
Sedimen yang jumlahnya berjuta-juta meter kubik dan telah terkontaminasi merkuri, akhirnya diangkat.
ADVERTISEMENT
2. Mengembalikan kejayaan rempah-rempah di Maluku
Said Assagaff dan Mayjen TNI Doni Monardo (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Maluku dalam sejarah merupakan pulau yang banyak diincar pihak asing sebagai penghasil rempah-rempah. Oleh sebab itu kini saatnya kejayaan rempah Maluku dikembalikan.
“Kita kembali ke nature. Dulu kita dijajah Inggris dan Belanda karena pala dan cengkeh, dan kecenderungan dunia sekarang, orang sudah tidak lihat modern lagi kan? Mau kembali ke alamiah. Mari kita mulai tanam. Tanam pala ulang. Kita pelihara dengan baik ulang,” kata Said.
3. Mengembangkan industri tanaman langka
Pohon Masoya. (Foto: Naufal Abdurrasyid/kumparan)
Pulau-pulau di Maluku ditumbuhi sejumlah tanaman langka --yang bahkan banyak diambil oleh orang asing. Salah satunya adalah tanaman masoya yang merupakan salah satu bahan pembuat parfum.
“Itu kan bahannya dari tanaman langka di sini. Kemarin saya beli itu 2,6 juta rupiah di Pacific Place di Hermes. Masoya itu tumbuh di sini. Di Pulau Seram. Ada ibu kota kabupaten di sini namanya Masohi, konon itu namanya dari Masoya itu,” ujar Said.
ADVERTISEMENT
Ia berencana mengelola tanaman masoya menjadi industri besar di Maluku. Untuk itu ia meminta bantuan Pangdam Pattimura Doni Monardo agar tanaman-tanaman langka seperti masoya dibuatkan sebuah kebun besar seperti Kebun Pembibitan Paguyuban Budiasi yang didirikan Doni di Sentul, Kabupaten Bogor.
4. Mengembangkan industri perikanan
Keramba ikan di Kab. Seram Barat, Maluku. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
“Kita bangun laut, perikanan. Pendapatan kita yang besar ini kan dari laut. Jangan dianggap biasa. Orang luar anggap luar biasa,” ujar Said.
Ia mewanti-wanti agar produksi ikan Provinsi Maluku jangan sampai turun karena pencemaran lingkungan.
“Saya harap dinas-dinas, bupati-bupati, agar kita jaga kembangkan budi daya ikan dan menjaga laut kita agar tetap bersih. Kita tingkatkan kualitas, jangan sampai ada sampah di laut. Budi daya itu penting. Di Hongkong mahal itu ikan kerapu, bisa 4 juta rupiah. Kerapu hidup kita di sini 100 ribu belum tentu ada yang beli,” kata Said.
ADVERTISEMENT
5. Membangun potensi pariwisata
Danau Sole (Foto: Opick Rerry/Youtube)
Pulau Buru memiliki potensi untuk menjadi kawasan wisata besar. Tempat-tempat indah seperti Pantai Lala, Pantai Jikubesar, Pantai Jikumerasa, Danau Rana, Danau Namniwel, dan Air Terjun Waprea merupakan sebagian dari potensi yang dimiliki Buru.
Menurut Said Assagaff, bahkan ada sebuah “surga” tersembunyi di bagian utara Pulau Buru yang belum terjamah.
“Ada satu tempat berupa air terjun, tidak ada tempat lain di dunia (yang seperti itu). Kalau dikelolakan dengan baik, itu air dari bukit kan turun ke jurang, dia lompat dari bukit ke bukit. Tujuh lapis sampai ke pantai. Jaraknya kira-kira hampir 100 meter dari pesisir pantai yang berhadapan dengan Laut Banda,” ujar Said, bersemangat.
Belum lagi Danau Sole di Seram Timur --pulau penghasil batu sinabar yang jadi bahan baku merkuri. Danau itu cantik, dan Said ke sana setelah memperoleh cerita dari kawannya bahwa Mick Jagger pernah berkunjung ke sana.
ADVERTISEMENT
“Saya lalu ke sana dan memang luar biasa. Bagus, memang cantik. Dalam hutan itu danau, airnya dingin kayak es, terhubung dengan laut, ikan-ikan besar-besar ribuan masuk ke danau itu, panjang. Daerah-daerah seperti ini mesti kita bangun dari laut --kelautan, perikanan, dan pariwisata,” kata Said.
Dengan segala upaya itu, Maluku dapat makin bergeliat, dan rakyat tak perlu mengincar emas dengan racun merkuri.