Esensi Hijrah Tidak Melulu Seputar Jenggot dan Cadar

Azhar zahidah
Mahasiswa semester 3 Universitas Muhammadiyah Tangerang
Konten dari Pengguna
28 November 2021 18:17 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azhar zahidah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar oleh Mohamed Nohassi dari Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Gambar oleh Mohamed Nohassi dari Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Assalamualaikum sahabat kumparan, kalian pernah mendengar kata hijrah tidak? atau melihat orang-orang yang bercadar dan berjenggot? jika sahabat kumparan melihat mereka, lantas apa yang sahabat pikirkan? benarkah mereka yang bercadar dan berjenggot adalah orang-orang yang telah berhijrah? lalu bagaimana dengan mereka yang hanya mengenakan jilbab dan tidak berjenggot? apakah mereka telah melanggar syariat?
ADVERTISEMENT
Tren Hijrah Sering kali disimbolkan dan dimaknai dengan cadar, dan jenggot. Tren ini cukup marak, tetapi juga tidak lepas dari berbagai kontroversi atau perdebatan. Kontroversi yang dimaksud demikian adalah simbol hijrah sering kali digunakan sebagai patokan atau ukuran untuk menjustifikasi serta melabeli pihak lain yang dianggap tidak sama dengan dirinya sehingga menimbulkan persepsi yang bias di tengah masyarakat.
Nah, sahabat kumparan harus tahu kalau hijrah itu menjadi salah satu fenomena keagamaan yang kini menjadi tren dalam kehidupan beragama. Oleh sebab itu kata hijrah tidak asing terdengar di telinga kita, dan banyak kita temukan di kalangan masyarakat luas saat ini.

Lalu apa itu Hijrah ?

Hijrah berasal dari bahasa arab yang menurut kamus Al-Maany berarti keluar dari satu daerah ke daerah lain, atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Maka pada intinya menurut saya hijrah itu berarti berpindah keadaan pada yang lebih baik, mengubah diri kita menjadi pribadi lebih baik yang mendekatkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa taala. Sesuai dengan syariat islam. Misalnya: orang yang tadinya jarang salat, menjadi rajin salat dan tepat waktu.
ADVERTISEMENT
“Hijrah itu bukan sekadar berpindah, hijrah bukan sekadar beralih tempat, tetapi hijrah adalah sebuah komitmen yang dibangun oleh kesadaran nurani kita, spiritual kita untuk berpindah kepada keadaan yang lebih baik yang mendekatkan diri kita dengan Allah Subhanahu wa taala,” Ujar ustaz Adi Hidayat dalam acaranya, Sabtu (07/07/2021).
Mudah sekali bagi kita kini menemukan atribut-atribut keislaman seperti cadar dan gamis yang dahulu atribut itu menjadi hal yang tabu namun sekarang sangat mudah ditemui di berbagai kota dan daerah. Singkatnya orang yang berbusana muslim seperti cadar, gamis, memelihara jenggot, dan memakai celana cingkrang, tidak melulu kita temui di masjid atau majelis-majelis ilmu seperti pengajian, melainkan sering kali kita lihat di tempat wisata, mal, kafe dan tempat-tempat umum lainnya.
ADVERTISEMENT

Lantas dengan hal yang sudah terjadi, salahkah bercadar atau berjenggot?

Bercadar dan berjenggot itu tidak menjadi masalah, keduanya merupakan bagian dari hijrah, yaitu hijrah secara fisik atau penampilan. Siapa pun boleh bercadar dan berjenggot, namun yang menjadi masalah adalah menyalahi orang-orang yang tidak bercadar dan berjenggot.
Perihal bercadar, ini ada beberapa pendapat menurut empat mazhab. Menurut pendapat Mazhab Hanafi dan Maliki hukum memakai cadar adalah sunah atau dianjurkan dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah, sedangkan pendapat yang terpilih menurut Mazhab Syafii perempuan bercadar adalah wajib, dengan tingkat paling ringan adalah sunah. Kemudian yang terakhir menurut Mazhab Hambali hampir sama dengan Mazhab Syafii, namun lebih ketat lagi, yakni termasuk bagian telapak tangan bahkan kuku juga harus ditutupi.
ADVERTISEMENT
Sehingga dari perbedaan pendapat terkait cadar dari para ulama beserta mazhabnya, yang juga didukung oleh dalil-dalil yang valid, maka kita sebagai umat muslim mempunyai hak untuk mengikuti secara sadar mazhab yang sesuai dengan pilihan hati kita dan menghargai setiap perbedaan tersebut, tidak mengolok-olok orang yang bercadar, dan tidak pula merendahkan mereka yang tidak bercadar. Karena yang menjadi poin penting adalah kita menutup aurat, dan berpenampilan layaknya umat muslim yang sesuai dengan ketentuan agama islam, seperti berhijab dan memakai pakaian yang tertutup.
Nah, sementara itu berkenaan dengan jenggot hukumnya sunah. Mengutip dari Nahdatul Ulama Online, jenggot memang identik dengan lelaki islam. Hal ini merupakan sunah Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, artinya: "Potonglah kumismu dan biarkan jenggotmu panjang," (Hadis Riwayat Muslim).
ADVERTISEMENT
Maka yang perlu sahabat kumparan pahami adalah bahwa esensi hijrah bukan hanya sekadar penampilan atau fisik, tetapi harus ditindaklanjuti juga dengan perbuatan, sikap, memperbaiki hati, diri menjadi pribadi yang lebih baik sesuai dengan syariat Islam, dan dengan niat murni hanya karena Allah Subhanahu wa taala. Serta perlu diingat hijrah itu berproses, dan dalam proses itu Allah hadirkan ujian untuk menguji kita, maka kita harus menjalani dengan sabar dan ikhlas, jangan putus asa tetaplah istikamah untuk meraih rida Allah Subhanahu wa taala.