news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Balas Dendam Ditolak Kuliah Pertanian, Roy Hasilkan Pakan Ternak Berkualitas Ber

Zakatin Official
Platform peta penemu orang yang butuh bantuanmu
Konten dari Pengguna
21 Februari 2020 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zakatin Official tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
zakatin.com
zoom-in-whitePerbesar
zakatin.com
ADVERTISEMENT
Keyakinan saya soal ‘nggak ada yang gratis di dunia ini’ seperti terpatahkan dengan kisah seorang pemuda peternak maggot yang baru saya temui beberapa hari lalu. Iya, saya pikir memang nggak ada yang gratis di dunia ini, mau buang air kecil di toilet umum saja bayar bukan? Bahkan diskon makanan di restoran atau kafe-kafe saja harus memenuhi prasyarat macam-macam dulu kalau mau dapat.
ADVERTISEMENT
Tapi lain halnya dengan Roy Wijaya, pemuda yang baru saja lulus SMA ini membagikan secara gratis hasil ternakan maggot yang ia kelola sendirian, hampir setiap hari. Usianya masih 18 tahun, tapi cara berfikir dan belajarnya jauh di atas anak sepantarnya.
Sebelumnya, ada yang pernah tau apa itu maggot? Maggot merupakan larva Black Soldier Fly atau BSF. Sejenis lalat, dengan ukuran yang lebih panjang dan besar. Ia bukanlah hama. Larva-larva yang menetas dari ratusan ribu telur itu pun punya ragam manfaat.
“Merawatnya tidak susah, cuma butuh telaten aja. Makanannya juga nggak mahal kok, dia makan sampah organic. Macam sampah buah dan sayur yang bisa kita dapat gratis di pasar tradisional”, terang Roy.
ADVERTISEMENT
Roy memang sangat tertarik dengan dunia peternakan, pertanian, dan perikanan. Dulu ia berambisi menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, tapi sayang, usaha kerasnya belum mampu mewujudkan mimpinya yang satu itu.
Beberapa kali tertolak dalam seleksi masuk, membuat Roy terpaksa mengurungkan niatnya menjadi mahasiswa. “Saat itu, ekonomi keluarga juga kurang baik. Lagi nggak ada lah kalo buat bayar tes gitu. Jadi yaudah belajar sendiri aja,” ujar Roy seraya menahan sedih yang jelas sekali saya lihat dari sorot matanya.
Ide mengembangkan larva Black Soldier Fly muncul saat Roy iseng menonton video seorang peneliti asal IPB. Merasa tertarik, ia kemudian memulai eksperimennya dengan membuat media perangsang untuk tumbuhnya bibit-bibit larva BSF. Bahannya, dari campuran dedek atau pakan unggas dengan larutan bioaktivator EM4 yang difermentasi.
ADVERTISEMENT
Pelan tapi pasti, ia merawat bibit-bibit BSF itu hingga menghasilkan maggot yang produktif bertelur setiap harinya. Pakannya ia dapat secara gratis dengan mengumpulkan sampah buah atau sayur sisa makanan di acara pernikahan. Ya, selain mengurusi maggot, Roy juga bekerja freelance setiap akhir pekan menjadi pelayan di sebuah perusahaan catering.
“Kan kalo resepsi gitu ada sisa makanannya ya, biasanya kalo udah selesai acara, aku kumpulin sampah buah sama sayurnya. Terus dibawa pulang buat maggot,” ujar Roy. Roy sangat senang dengan kegiatanya ini, sebab setiap maggotnya bertelur ia bisa membagikan secara sukarela kepada tetangganya yang memelihara burung atau suka mancing.
Kata Roy, kandungan protein maggot jauh lebih baik dari ulat Jerman yang selama ini menjadi pakan unggulan para pecinta unggas ataupun ikan. Maggot memiliki 45% kandungan protein, jauh jika dibandingkan dengan ulat Jerman yang kandungan proteinya hanya 19%. Terbayang bukan besarnya manfaat maggot buat peliharaan kita?
ADVERTISEMENT
Tapi yang keren, bukan cuma itu. Maggot juga punya potensi bisnis yang sangat besar, Roy tau itu. Harga jual per gramnya 5000-7000 rupiah, bahkan telurnya bisa mencapai harga 10.000 rupiah/gram. Coba dikalikan 100 gram atau 1 Kilogram, besar bukan? akan tetapi, Roy membagikan hasil ternakannya itu secara cuma-cuma tanpa berfikir rugi.
“Maggot ini ditemuinnya sama orang Indonesia, dari IPB. Tapi malah dibawa peneliti Amerika tarus berkembang pemasarannya di sana, di negara orang. Kitanya mah nggak tau apa-apa. Makanya aku mau coba kenalin sama masyarakat. Yang penting bermanfaat kan.” Tegas Roy pada saya saat ditanya kenapa mau membagikan maggotnya secara cuma-cuma.
Ternak maggot Roy sudah semakin berkembang. Meskipun beberapa kali dicibir orang tuanya karena dianggap sia-sia dan tidak menghasilkan, Roy tetap melanjutkan ternaknya.
ADVERTISEMENT
Sekarang, ia punya penangkaran sendiri, dengan maggot-maggot yang produktif setiap harinya. Bahkan Roy juga punya stok cairan bioaktivator EM4 yang ia buat sendiri. Keren bukan? Kalau kita beli di toko pertanian, harga bioaktivaktor bisa mencapai 15.000-20.000 rupiah.
Semuanya Roy pelajari secara otodidak. kegagalan menjadi mahasiswa pertanian tidak membuatnya patah semangat dalam mempelajari ilmu baru. Malah, kemampuannya mengelola peternakan maggot dengan bahan-bahan yang ia ciptakan sendiri membuatnya menjadi salah satu pelopor gerakan karangtaruna mandiri.
“Saya cuma mau bermanfaat aja kok buat yang lain”, ujar Roy menutup pertemuan saya malam itu.
(Qori Hani Rifati)