Membaca Sumba, Kembali ke Huma Berhati

Zaki Nabiha
ASN Penikmat Kopi yang Bertugas di Kementerian Pertanian
Konten dari Pengguna
24 April 2021 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zaki Nabiha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lokasi FE Sumba Tengah di Desa Makatakiri, Kecamatan Katikutana. Foto: Dokpri
zoom-in-whitePerbesar
Lokasi FE Sumba Tengah di Desa Makatakiri, Kecamatan Katikutana. Foto: Dokpri
ADVERTISEMENT
Meninggalnya Umbu Landu Paranggi, salah satu penyair berpengaruh di tanah air, 6 April 2021, adalah duka bagi dunia sastra Indonesia. Presiden Malioboro, begitu ia didaulat. Dari rahim PSK (Persada Studi Klub), sebuah komunitas sastrawan di Malioboro, Yogyakarta, yang ia bina, muncullah kemudian penulis-penulis beken dan eksentrik. Salah satunya adalah Emha Ainun Najib. Umbu yang lahir 77 tahun silam mengingatkan kembali saya pada negeri seribu bukit, Sumba, kampung halamannya.
ADVERTISEMENT
Kali pertama kaki saya menginjakkan di bumi Sumba sekitar awal Januari 2021. Bersama dua rekan kerja. Tentu dalam rangka menjalankan tugas sebagai pegawai yang digaji negara. Sumba adalah satu dari empat pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dibandingkan pulau Jawa, luas Sumba hanya sepersepuluh-nya saja, yaitu 11 ribu kilo meter persegi. Namun begitu, Sumba dan pulau lainnya di NTT menyimpan potensi alam yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan, satu di antaranya adalah pertanian.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian NTT selama empat tahun terakhir, berkisar antara 28 persen sampai 29,03 persen. Dan 8,15 persennya berasal dari subsektor tanaman pangan. Angka ini ke depan berpeluang terus meningkat, mengingat, dari sekitar 4.066.759 Ha lahan pertanian, baru sekitar 214.034 Ha yang difungsikan sebagai lahan sawah. Dari 214.034 Ha lahan sawah tersebut, sebanyak 50,81 ribu Ha terletak di Pulau Sumba.
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan gambaran produksi beras nasional yang terkonsentrasi pada wilayah tertentu, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Lampung, selama 2 tahun terakhir, produksi padi NTT juga paling banyak dihasilkan dari wilayah Pulau Flores. Produksi beras NTT tahun 2019 mencapai 753.093 ton, dengan jumlah ini, NTT mampu memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya sendiri. Bahkan terdapat surplus sebesar 174.144 ton.
Masih terkonsentrasinya produksi padi pada wilayah-wilayah tertentu adalah masalah yang sejak dulu dan hari ini masih terjadi. Dampak yang nyata terasa adalah waktu dan biaya distribusi yang tidak sedikit. Masalah itu ditambah dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal Januari 2020, termasuk Indonesia dengan adanya pembatasan mobilitas masyarakat. Sehingga, menciptakan sentra produksi padi baru untuk lebih mendekatkan ke pasar adalah pilihan.
ADVERTISEMENT
Maka, pidato Presiden Joko Widodo saat sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat, 14 Agustus 2020 merupakan momentum ke arah itu selain untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Presiden Jokowi menyatakan bahwa untuk memperkuat cadangan pangan nasional, bukan hanya di hulu, tetapi juga bergerak di hilir produk pangan industri akan dibangun Food Estate (FE) dengan menggunakan teknologi modern dan pemanfaatan kecanggihan digital.
Melalui Kementerian Pertanian bersama kementerian lain dan dukungan pemerintah daerah, FE saat ini sedang dikembangkan di Provinsi Kalimantan Tengah dengan menanam komoditas tanaman pangan (padi), di Provinsi Sumatera Utara, komoditas hortikultura (kentang, bawang putih), dan di NTT dengan komoditas tanaman pangan (padi, jagung) yang yang dipusatkan di Sumba Tengah, Pulau Sumba. Untuk kebutuhan FE Sumba Tengah, pemerintah telah menyiapkan lahan 5,6 ribu hektar yang akan ditanami jagung dan padi, dan 4,4 ribu hektar untuk jagung dan kedelai.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi saat lawatannya mengunjungi kawasan FE Sumba Tengah (23/2) mengatakan bahwa FE tersebut tidak hanya menyediakan pangan, tapi juga untuk menekan angka kemiskinan yang hingga saat ini masih tinggi, sekitar 1,15 juta jiwa per Maret 2020.
FE Sumba Tengah dibagi menjadi 5 zona. Zona 1 di Desa Umbu Pabal, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, zona 2 di Desa Umbu Pabal Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, zona 3 di Desa Dasa Elu, Kecamatan Katikutana, zona 4 di pusat pemerintahan Makatul, salah satunya Desa Makatakeri, dan zona 5 di Desa Tanamodu, Kecamatan Katikutana Selatan.
Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi serta pola konsumsi pangan yang cenderung semakin homogen, maka wajar sekiranya, desa-desa tempat di mana lokasi FE Sumba Tengah, menjadi tonggak pembangunan pertanian masa depan dan harapan bagi sebagian penduduk Indonesia yang berada di wilayah timur untuk memastikan ketersediaan kebutuhan pangannya.
ADVERTISEMENT
Seperti potongan salah satu puisi-nya Umbu Landung Paranggi yang berjudul “Apa Ada Angin di Jakarta”
Semoga.