Hari AIDS Sedunia: Pandangan Keliru Penularan HIV/AIDS

Zenius Education
To spark the love of learning in everyone, everywhere, to question everything
Konten dari Pengguna
1 Desember 2019 10:49 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zenius Education tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Selamat hari AIDS sedunia! Tanggal 1 Desember ditetapkan sebagai hari AIDS sedunia oleh UNAIDS sejak tahun 1988. Hari AIDS Sedunia dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat atas pandemik AIDS sebagai salah satu ancaman yang berbahaya. Pada artikel kali ini, Zenius akan mencoba untuk membahas pandangan keliru penularan HIV/AIDS.
ADVERTISEMENT
Kekeliruan #1: HIV sama dengan AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Jadi, orang yang mengidap HIV adalah orang yang terinfeksi Virus Imunodifiensi Manusia (HIV). Virus HIV yang masuk ke tubuh akan menyerang helper T cell pada manusia dan menjadikan sel tersebut sebagai sarana virus menggandakan diri.
Sementara AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat terinfeksi virus HIV. Jadi, orang yang mengidap AIDS adalah orang yang sudah dalam kondisi mengalami penurunan kekebalan tubuh akibat infeksi virus HIV.
Jadi orang yang terinfeksi HIV belum tentu mengidap AIDS, tetapi orang yang mengidap AIDS sudah pasti terinfeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS yang akhirnya meninggal, bukan meninggal karena AIDS-nya, melainkan karena berbagai infeksi yang sudah sangat merusak tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Kekeliruan #2: Penularan HIV bisa melalui udara, bersentuhan, air liur, dan gigitan nyamuk
Pada prinsipnya, HIV itu menyerang sel sistem kekebalan tubuh yang disebut CD4 / helper T cell. Helper T cell merupakan sel yang terdapat di kulit lapisan dalam. Artinya, untuk mencapai helper T cell, si HIV butuh “jalur masuk” kulit dengan cukup dalam, misalnya melalui luka. Setelah berhasil masuk, HIV menempel pada sel helper T cell lalu bisa menggandakan diri.
Saat proses penggandaan diri ini berlangsung, sel helper T cell dirusak oleh HIV dan (sel helper T cell-nya) dibuat tidak efektif untuk memerangi infeksi. Ketika proses ini berlanjut, kekebalan tubuh akan semakin menurun dan menjadi rentan terhadap infeksi-infeksi lain.
ADVERTISEMENT
Karena HIV ini menempel di helper T cell, otomatis HIV ini akan bersarang di tempat helper T cell itu berada. Contohnya, darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu. Artinya, HIV tidak ditemukan dalam air liur, air kencing, feses, keringat, dan air mata. Kenapa tidak ditemukan? Karena di cairan-cairan tersebut tidak terdapat sel helper T cell.
ADVERTISEMENT
Jadi praktisnya, pertukaran alat makan, seperti piring, gelas, sendok, garpu, bahkan berciuman tidak akan menyebabkan penularan HIV. Dengan catatan, ODHA tidak sedang dalam kondisi sariawan atau luka terbuka yang para di rongga mulutnya.
Ilustrasi hari HIV/AID sedunia. Foto: pixabay
Kekeliruan #3: HIV adalah virus yang hanya menyerang homoseksual
Seperti yang sudah dijelaskan di poin kedua, HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia (helper T cell). Nah, hal ini akan berlaku universal pada setiap manusia, baik pelaku heteroseksual, homoseksual, biseksual, atau orientasi seksual apa pun. Jadi pernyataan bahwa HIV adalah virus yang menyerang homoseksual sama sekali tidak benar.
Kekeliruan 4: Orang yang terinfeksi HIV akan segera meninggal
Banyak orang beranggapan bahwa orang yang mengidap HIV positif berarti umurnya gak akan lama lagi. Saat HIV mulai merebak pada awal dekade 1980-an, terinfeksi HIV mungkin memang bisa diartikan sebagai lonceng kematian. Maklum karena pada tahun segitu memang belum diketahui treatment yang pas untuk wabah HIV.
ADVERTISEMENT
Namun, sejak ARV mulai dikembangkan di pertengahan dekade 1990-an, kesempatan hidup bagi penderita HIV menjadi semakin tinggi, bahkan mereka dapat menjalani hidup seperti biasa. ARV (antiretroviral) adalah obat untuk infeksi retrovirus (HIV adalah retrovirus). Saat ini, ARV memang belum mampu membunuh HIV secara total, namun ARV dapat menekan pertumbuhan HIV. Artinya, jika ARV menekan pertumbuhan HIV, maka itu akan memperlambat penurunan kekebalan tubuh akibat infeksi HIV.
Angka harapan hidup ODHA yang melakukan pengobatan ARV memang beda-beda. Hal tersebut tergantung dari seberapa parah infeksi yang terjadi saat si pengidap HIV pertama kali melakukan pengobatan ARV dan pola hidup yang dilakukan selama pengobatan ARV.
Artikel ini merupakan rangkuman dari full article yang ada di Zenius blog. Untuk melihat full article nya, pembaca dapat mengunjungi link berikut.
ADVERTISEMENT