Kecanduan Internet Bisa Jadi Bom Waktu bagi Indonesia

Zia Azzahra
kumparan Buddies 2022 - Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
4 Februari 2023 7:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kecanduan Internet. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kecanduan Internet. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Terlihat samar namun sebenarnya ada. Begitulah bahaya dari kecanduan internet. Untuk mengulas lebih dalam terkait bahaya kecanduan internet bagi remaja, Dosen Fakultas Keperawatan Unpad, Prof. Suryani, Ph.D melakukan penelitian dan membahasnya melalui acara Hard Talk.
ADVERTISEMENT
Acara Hard Talk tersebut mengambil topik "Internet Addiction pada Remaja di Jawa Barat" dan dibawakan oleh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi, Dr. Ira Mirawati.
Mulanya, Prof. Suryani merasakan kekhawatiran karena banyaknya kasus remaja terlalu asyik main gawai hingga rela tidak masuk sekolah. Pengalaman tersebut dirasakan langsung oleh teman anaknya. Kasus serupa juga berulang kali terjadi dari tahun ke tahun. Akhirnya, Prof. Suryani memutuskan untuk meneliti hal tersebut dengan fokus daerah di Jawa Barat.
Menurut Prof. Suryani, golongan usia remaja sangat riskan terkena kecanduan internet karena rasa ingin tahunya yang tinggi dan self-control belum terbangun dengan baik. Sedangkan, remaja adalah calon generasi masa depan Indonesia. Jika tidak diberikan batasan atau bimbingan terkait penggunaan internet maka dapat berakibat fatal.
Foto: Tangkapan layar dari siaran langsung "Hard Talk: Internet Addiction pada Remaja di Jawa Barat" di kanal YouTube Unpad.
Terlebih lagi, perilaku adiksi internet memiliki dampak yang sama parahnya dengan adiksi narkoba. Berdasarkan hasil penelitiannya, sekitar 45% remaja menggunakan internet lebih dari 6 jam untuk media sosial.
ADVERTISEMENT
Bayangkan saja, seperempat hari dihabiskan hanya untuk berselancar di media sosial. Hal ini berpotensi mengarah kepada banyak sekali dampak negatif. Kendati demikian, Indonesia masih belum memiliki program penanganan yang serius terkait hal ini.
Indonesia dapat belajar dari negara Amerika Serikat, Tiongkok, dan Korea karena negara-negara tersebut sudah memiliki berbagai program penanganan terkait penggunaan internet.
Mereka sudah memiliki pusat rehabilitasi dan pusat informasi secara khusus. Diharapkan Indonesia bisa menerapkan hal serupa karena kasus kecanduan internet ini bisa menjadi bom waktu yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia di masa depan.
Ilustrasi kecanduan internet. Foto: Shutterstock
Saat ini, penelitian Prof. Suryani dan tim sudah menjalani tahun ketiga. Pada tahun pertama, mereka telah melakukan survei kepada sekolah yang memiliki penggunaan internet tinggi. Berangkat dari sana, mereka melakukan wawancara mendalam terkait pengalaman informan dalam menggunakan internet.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, mereka juga melakukan systematic review serta Focus Group Discussion bersama guru Bimbingan Konseling (BK). Selain itu, tim peneliti juga telah mengadakan expert meeting bersama kepala sekolah, guru BK, Kominfo, Kemenkes, BKKBN, dan seluruh pihak lainnya yang terkait untuk membahas hal ini. Penelitian tersebut masih berlanjut dan semoga dapat menghasilkan banyak hal yang bermanfaat bagi generasi muda Indonesia.
"Walaupun internet sangat berguna bagi kehidupan kalian, jangan lupa untuk apa internet ini sebenarnya. Internet ada untuk memudahkan kita dalam mengerjakan tugas-tugas kehidupan," ucap Prof. Suryani.
"Bagi siswa, tugas kehidupannya adalah belajar. Bagi mahasiswa tugasnya adalah kuliah. Jangan salah menggunakannya. Kalau salah menggunakannya berarti anda telah merusak kehidupan anda bukan justru membantu atau membangun diri anda. Jadi, janganlah merusak diri dengan menggunakan internet secara salah," tambahnya.
ADVERTISEMENT