Sebuah lorong di pinggir Arbatskaya, salah satu jalan utama di kota Moskow. Di sanalah kau berdiri dengan ransel isi laptop dan dua kilogram rendang bikinan ibumu; koper 38 kilogram penuh buku karangan teman-temanmu, selusin bungkus rokok, sekotak Tolak Angin, kayu putih, obat-obatan pribadi, tujuh potong pakaian musim dingin; serta tas selempang menyilang di dada. Keterangan pada sebuah billboard: pukul 22.00, udara 1 derajat Celcius.
Badanmu yang kurus kewalahan menyeret koper lantaran kau, untuk kali pertama, mengenakan mantel tebal yang ujungnya menjuntai ke bawah lutut, plus long john dan sweter rajut sebagai pelapis—sungguh busana yang membuat gerak tubuhmu tak cekatan. Tapi, ketimbang mirip pelancong dari Dunia Ketiga, kau membatin, syal dan kupluk itu justru lebih membuatmu mirip penjaja villa di Ciater. Bedanya, mereka jarang mengenakan sarung tangan, apalagi yang harganya seratus lima puluh ribuan.
Menghadapi sebuah lorong, pikiranmu bercabang. Kau masih menyesali keteledoran menerima tawaran sopir taksi yang menyapamu di parkiran bandara dengan salam orang Islam. Sesampainya di tujuan, kalian bertengkar lewat bahasa isyarat gara-gara ia memintamu uang 6.000 rubel, sekalipun harga normal di aplikasi hanya 1.200 (masalahnya, tolol, kau batal pesan Yandex Taxi dan malah pakai taksi gelap). Pada saat bersamaan, kau cemas dan kedinginan dan kebingungan menemukan lokasi Avord Hostel yang sudah kau pesan, tapi belum kau bayar, lewat Booking.com.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814