Ciptakan Butterfly Effect untuk Pencegahan dan Penanganan Stunting

Zuraidah Hanifah
Public Health Officer at Cita Sehat Foundation
Konten dari Pengguna
30 Agustus 2020 19:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zuraidah Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Stunting merupakan istilah yang sudah sering terdengar akhir-akhir ini. Yaitu gangguan pertumbuhan yang terjadi pada masa anak-anak yang diakibatkan oleh asupan gizi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Stunting ditandai dengan tinggi anak yang kurang dibandingkan dengan tinggi di usia mereka seharusnya. (WHO, 2020).
ADVERTISEMENT
“Presiden Jokowi dalam pidato pembukaan Musrenbangnas RPJMN 2020-2024 di Istana Negara pada Senin (16/12) lalu, menargetkan penurunan stunting lima tahun ke depan di angka 14 persen.” Hal ini disampaikan oleh Menteri PPN Suharso Monoarfa pada rapat dengan Kedeputian Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas. (bappenas.go.id, 2019)
Indonesia menempati peringkat ketiga dengan permasalahan stunting terbanyak di Asia Tenggara. Bukan semata tentang ranking, tapi tentang masih banyaknya jumlah anak Indonesia yang mengalaminya. Sebanyak 30,8% balita Indonesia mengalami stunting. (Riskesdas, 2018). Padahal WHO membatasi hanya 20% di setiap negara. Nyatanya, persentase masalah stunting tidak banyak berubah berdasarkan data Riskesdas di tahun 2007 hingga 2018 dan kejadian ini terjadi hampir merata di seluruh wilayah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Peta Prevalensi Balita Pendek di Indonesia Berdasarkan Pemantauan Status Gizi Tahun 2017 (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Permasalahan stunting memang merupakan masalah multidimensional, tetapi salah satu penyebab langsung pada balita stunting adalah kurangnya asupan gizi di 1000 hari pertama kehidupannya. Salah satu periode pentingnya ialah pada masa pemenuhan makanan pendamping ASI atau MPASI. Pemenuhan gizi pada periode MPASI ini dapat terhambat oleh dua hal, yaitu pengetahuan dan rendahnya daya beli ibu untuk menyediakan MPASI bergizi bagi anak. Hal ini dikarenakan MPASI tidak hanya penting secara kuantitas saja, namun juga harus sangat diperhatikan dalam hal kualitasnya.
Pemenuhan gizi melalui MPASI di usia anak 6-23 bulan menjadi hal penting karena bayi sudah tidak lagi mendapatkan 100% zat gizi dari ASI. Meskipun bayi masih sering menyusu namun pemenuhan gizi dari ASI hanya 30-70% tergantung usia anak.
ADVERTISEMENT
Grafik 1. Kebutuhan Energi Bayi (IDAI, 2018)
Dikatakan bahwa 7 dari 10 balita Indonesia termasuk dalam kategori kurang konsumsi kalori. Juga, 5 dari 10 balita Indonesia tidak cukup dalam konsumsi protein. (Izwardi, 2018). Jika anak tidak mendapatkan MPASI yang sesuai, maka secara otomatis anak akan mengalami defisiensi gizi baik makro maupun mikro. Hal ini nantinya dapat berdampak langsung pada kejadian stunting di kemudian hari. Program-program edukasi kepada kader posyandu serta ibu balita memang sudah banyak dilakukan, namun tidak cukup hanya sampai kepada edukasi. Salah satu penyebabnya ialah banyak ibu balita yang hanya paham secara konsep, namun terkendala pada prakteknya. Kendala lain yang juga muncul ialah pada ibu dengan tingkat ekonomi yang rendah. Akses kepada MPASI yang bergizi juga menjadi sebuah tantangan yang dihadapi dalam melakukan praktek pemberian MPASI bergizi.
ADVERTISEMENT
Program-program intervensi spesifik seperti Rumah Gizi menjadi salah satu penanganan yang berfokus untuk penyediaan MPASI bergizi bagi balita. Program ini sudah banyak berhasil dalam peningkatan status gizi balita karena kegiatan tersebut menjadi kegiatan terprogram yang langsung menyasar kepada balita gizi kurang dan stunting.
Rumah Gizi CSF x Rumah Zakat Cirebon
Cita Sehat Foundation (CSF) merupakan salah satu NGO nasional yang sudah cukup lama bergerak untuk berpartisipasi dalam membantu mengatasi masalah stunting. Kurang lebih terdapat 3 wilayah yang sudah menjalankan program rumah gizi. Program ini dapat menyasar langsung kepada balita gizi kurang untuk membantu dalam perbaikan gizi. Sudah terdapat pihak-pihak yang ikut terlibat dalam menyukseskan program seperti pemerintah setempat. Namun, tentunya dibutuhkan lebih banyak lagi tangan agar rumah gizi terus berkembang dan bisa merambah ke banyak wilayah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemberian MPASI Balita - Rumah Gizi CSF x Rumah Zakat Cirebon
Teman ASI merupakan program inisiasi untuk bisa melibatkan banyak pihak dalam melakukan penanganan stunting secara langsung. Teman ASI bergerak untuk bisa menemani ibu di Indonesia dalam memberikan MPASI terbaik bagi anak mereka, baik itu secara pengetahuan maupun kemudahan akses bagi ibu untuk menyediakan MPASI. Hal ini selanjutnya diharapkan dapat mengurangi angka stunting dengan memberikan Paket MPASI kepada balita penerima manfaat rumah gizi di wilayah-wilayah Indonesia. Semakin banyak pemberian Paket MPASI maka akan semakin banyak balita yang mendapatkan akses kepada MPASI bergizi. Edukasi juga akan diberikan kepada ibu balita penerima Paket MPASI agar kejadian kurang gizi dan stunting tidak terulang kembali di kemudian hari dan mereka juga bisa menjadi sumber informasi bagi lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Stunting menjadi masalah bersama yang dapat diatasi jika semua memiliki aksi dan tujuan yang sama. Tidak hanya satu pihak, tetapi semua dapat bergerak untuk melakukan pemulihan bagi kondisi gizi Indonesia yang dampak positifnya juga akan kita rasakan bersama nantinya. Banyak pihak dapat ikut berkontribusi menyelesaikan permasalahan stunting. Ketika angin yang dihasilkan oleh satu kepakan sayap kupu-kupu dilakukan oleh ribuan kupu-kupu dalam satu waktu yang sama dapat menghasilkan tornado, maka satu anak yang terselamatkan dari stunting dan diikuti oleh anak-anak lainnya akan membuat Indonesia terbebas dari stunting dan dapat menghasilkan generasi-generasi berikutnya yang lebih sehat.
Dari MPASI kita bebaskan anak Indonesia dari stunting.
Jangan Bangga Menjadi Bangsa yang Kerdil!
ADVERTISEMENT
Referensi :
Izwardi, Doddy. 2018. Praktik Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) untuk Perubahan Perilaku Pemenuhan Asupan Gizi Anak dalam Upaya Pencegahan Stunting. Direktur Gizi Masyarakat: Kementerian Kesehatan RI.
IDAI. 2018. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Laporan Nasional Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018. Kementerian Kesehatan RI: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj_stunted_videos/en/
https://www.bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/turunkan-stunting-di-angka-14-persen-di-2024-menteri-suharso-dorong-kerja-sama-lintas-sektoral/