Paka Tiva Latih Pemuda Desa untuk Lindungi Hutan Kampung di Maluku Utara

Konten Media Partner
9 Agustus 2022 17:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pelatihan di Training Center Walhi Maluku Utara. Foto: Ghalim/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pelatihan di Training Center Walhi Maluku Utara. Foto: Ghalim/cermat
ADVERTISEMENT
Perkumpulan Paka Tiva menggelar Pelatihan Pemetaan, Perencanaan Wilayah Kelola Rakyat dan Perlindungan Hutan Kampung di Training Center Walhi Maluku Utara, Falajawa II, Kota Ternate.
ADVERTISEMENT
Pelatihan yang berlangsung pada tanggal 9-13 Agustus ini, menghadirkan dua fasilitator kompeten, yakni Zulhan A. Harahap, akademisi FPIK Unkhair Ternate dan Fahrudin Buamona, pemerhati simpul layanan pemetaan partisipatif Maluku Utara.
Direktur Paka Tiva Nursyahid Musa menjelaskan, kegiatan itu bertujuan untuk meningkatkan sumber daya pemetaan partisipatif berbasis komunitas.
Termasuk untuk membangun komitmen penuh dalam menunjang inisiatif pihak kampung dalam melakukan mitigasi adaptasi krisis iklim berupa upaya-upaya resiliensi, perlindungan, pemulihan, dan pemanfaatan secara berkelanjutan.
“Karena itu, kegiatan ini melibatkan peserta dari kampung yang rentan kerusakan iklim, seperti pemuda Desa Samo dan Desa Gumira di Gane, Halsel, pemuda Kelurahan Takome, Kota Ternate, serta kaum muda ekologi dan Estuaria,” kata Nursyahid, Selasa (9/8).
Menurut Nursyahid, pelatihan ini perlu dilakukan, karena saat ini telah terjadi kerusakan lingkungan atau alih fungsi besar-sebaran telah terjadi di Maluku Utara saat beroperasinya sejumlah perusahaan pertambangan, termasuk perkebunan kelapa sawit.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, kampung dinilai masih memiliki kelemahan mengambil inisiatif dalam perencanaan, pengdokumentasian secara tertulis mengenai pengelolaan wilayah.
“Ini menjadi tantangan tersendiri dalam upaya mendorong rekognisi wilayah kelola untuk perlindungan, pemulihan, pemanfaatan, di level tapak. Dalam kondisi begini, tentu posisi desa makin rentan tergerus keputusan-keputusan politik penguasaan ruang,” jelasnya.
Karena itu, Nursyahid berharap kegiatan pelatihan tersebut dapat membuah manfaat, seperti terbangunnya kesadaran di level kampung tentang pentingnya pengelolaan potensi alam untuk penguatan ekonomi. Pengelolaan itu, tambah ia, bergantung pada pelestarian dan perlindungan kawasan tersebut dari kegiatan-kegiatan pemanfaatan yang padat karbon.
“Kemudian, diharapkan adanya pemahaman dalam menyusun dan merencanakan pengelolaan wilayah di desa,” pungkasnya.