Ayah di AS Didakwa Membunuh Putranya, Disuruh Lari di Treadmill hingga Meninggal

3 Mei 2024 15:51 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi treadmill. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi treadmill. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Christopher Gregor (31) menghadapi dakwaan pembunuhan terhadap putranya, Corey Micciolo, yang meninggal pada tahun 2021 silam. Persidangan yang berlangsung di New Jersey, AS, pada Selasa (30/4) kemarin, Gregor didakwa pembunuhan dan mengakibatkan Corey trauma akibat benda tumpul. Jika terbukti bersalah, Gregor bakal menghadapi hukuman penjara seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Daily Mail UK, persidangan ikut menampilkan rekaman CCTV dari pusat kebugaran Atlantic Heights Clubhouse. Rekaman tersebut menunjukkan Gregor memaksa Corey, yang saat itu berusia enam tahun, berlari di atas treadmill karena dianggap 'terlalu gemuk'.
Corey terlihat terus-menerus terjatuh di treadmill. Melihat Corey jatuh, Gregor mengangkat dan meletakkan putranya kembali di atas treadmill. Bahkan, New York Police melaporkan Gregor juga menggigit bagian belakang kepala Corey sebelum memaksanya berlari lagi di treadmill.
Kecepatan treadmill dianggap terlalu cepat untuk bisa diimbangi kaki-kaki kecil Corey. Dalam rekaman CCTV itulah dia terlihat berulang kali terlempar ke belakang, dan memaksakan diri merangkak kembali ke treadmill untuk mencoba lagi.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, ibu Corey, Breanna Micciolo, yang berbagi hak asuh anaknya dengan Gregor, melihat putranya cedera. Ia kemudian melaporkan Gregor ke Divisi Perlindungan Anak di New Jersey.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada 2 April 2021, Corey dibawa ke dokter. Dan di situlah ia mengaku ayahnya telah memaksa untuk berlari di treadmill karena dia 'terlalu gemuk'. Setelah dari dokter, Breanna membawa pulang Corey ke Gregor pada malam harinya.
Keesokan harinya, Gregor membawa putranya kembali ke rumah sakit karena Corey terbangun dari tidur siangnya, mengalami mual, sesak napas, dan tidak bisa berkata dengan jelas. Dokter pun kemudian melakukan CT scan, dan saat itu Corey mengalami kejang.
Staf medis telah berupaya mengambil tindakan untuk menyelamatkan nyawa anak kecil itu. Namun, usaha tersebut tidak berhasil, Corey meninggal dunia.
Hasil autopsi awal mengungkapkan Corey meninggal akibat luka benda tumpul. Ia mengalami kontusio jantung dan hati, disertai peradangan dan sepsis. Beberapa bulan berselang, tepatnya pada September 2021, ahli patologi forensik menemukan bahwa korban menderita 'pelecehan kronis', termasuk luka akibat benturan benda tumpul di dada dan perut, laserasi di jantung, memar paru kiri, dan laserasi serta memar pada hatinya.
ADVERTISEMENT

Pelaku Sempat Berbohong

Ilustrasi kekerasan seksual anak Foto: panitanphoto/shutterstock
New York Post melansir, dalam persidangan kemarin juga diketahui Gregor telah melakukan kebohongan, Moms. Dalam rekaman suara kepada staf hotline pelecehan anak yang diputar di persidangan, Gregor mengeklaim bahwa Breanna telah menyuruh Corey agar berbohong bahwa ia telah dilecehkan oleh sang ayah.
"Putra saya kembali pagi ini. Dia mengatakan bahwa ibunya bilang ia harus memberi tahu dokter bahwa saya telah memukulnya," ucap Gregor dalam rekaman suara tersebut.
"Dia pulang ke rumah. Dan salah satu hal yang dia katakan adalah 'Aku tidak ingin pergi dengan ibu lagi. Dia akan mencoba mengambilku darimu'. Dan dia juga berkata, 'Ibu menyuruhku berbohong dan aku terpaksa melakukannya'," lanjutnya.
Panggilan telepon Gregor ke hotline tersebut dilakukan pada pukul 10.00 waktu setempat. Dan Corey meninggal hari yang sama pada pukul 17.00, setelah satu jam mendapat perawatan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Gregor awalnya didakwa melakukan penelantaran anak. Namun, dakwaan tersebut ditingkatkan menjadi pembunuhan ketika autopsi menemukan Corey meninggal akibat sepsis dan luka dalam yang parah.