Alasan Mengapa Ibu-ibu Jika Mengendarai Motor Dicap Seenaknya

Hartono
Mahasiswa - Sastra Indonesia - Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
1 Desember 2023 16:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hartono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Foto: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Foto: Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yang membuat saya senyum-senyum sendiri di atas motor, melihat di spion ada salah satu pengendara di belakang. Seketika, yang tadinya buru-buru saya lantas mengurangi kecepatan demi tersalip dan jalan beriringan.
ADVERTISEMENT
Seorang pengendara lain yang mendahuluinya dari belakang tiba-tiba mengangkat jempol untuknya. Namun, justru saya ingin sekali berada disebelah kirinya sambil bilang, “Bu, biasakan kalau pakai helm yang berstandar nasional, ya.” Tapi, tentu sajaniat itu saya urungkan, sebab salah satu tikoh pengendara ini adalah seorang ibu.
Saya bisa paham kenapa Ibu-ibu jika mengndarai sepeda motor di jalan selalu dicap seenaknya, bahkan saya sendiri terkesan melihatnya tidak bisa mengendarai dengan baik. Iya. Seperti lampu sein yang salah arah, dan terlihat kaku.
Namun, dengan melihat bakul yang dijadikan sebagai helm di kepala ini saya bisa ngebayangin; “sebenarnya Ibu-ibu rumah tangga itu
hidupnya pelik di rumah harus bangun paling pagi, berbelanja, siapin sarapan, nyuci dan...” Dan tentu, melihat ini saya menjadi tak keheranan lagi jika di jalan Ibu-ibu seakan masif dan subversif.
ADVERTISEMENT