Menyongsong Annus Horribilis

Tahun 2023 masih satu setengah bulan lagi tetapi sekadar membayangkannya saja saya sudah lesu. Tahun depan yang tinggal sepelongokan datangnya adalah tahun politik, tahun menjelang pemilihan presiden dan kepala daerah serentak Februari 2024. Politisi akan bermanuver terang-terangan untuk bersilat posisi tanpa menghiraukan apa pun kecuali untuk posisi yang diinginkan; akan bermunculan tak peduli siapa orangnya dan statusnya dalam percaturan politik yang tiba-tiba sok pakar dan aktivis politik semua (dan tentu saja merasa paling pintar dan benar serta pada saat bersamaan menihilkan yang tidak sepakat); bermunculan orang tidak jelas yang merasa dirinya penting; hidup aktifnya buzzer politik yang tujuan keberadaannya sepertinya hanya untuk memuja yang membayar dan menjelekkan lawan tanpa pertimbangan akibat; polarisasi yang carut-marut memecah hubungan persaudaraan, pertemanan, dan kolega.

Mungkin ini pandangan yang pesimis kelam. Tetapi belajar dari pemilihan presiden 2014 dan 2019 serta pemilihan kepala daerah selama 10 tahun terakhir, pesimisme kelam itu beralasan. Tanda-tandanya sudah mengarah lagi ke sana.

Bekerja untuk media ketika Anda tidak suka dengan urusan politik itu seperti kutukan. Anda bisa merasakan grengseng-nya lebih dahulu dari yang lain. Ketika Anda beruntung tidak harus terlibat dalam peliputan-peliputan politik, Anda tetap tidak bisa menghindar dari percakapan di keredaksian tentang manuver dari bermacam tokoh dan aspiran politisi yang seawal mungkin ingin menancapkan kuku untuk 2024. Sudah dari enam bulan yang lalu, mungkin lebih, suasana menghangat terasakan.