Fosil dan Batu Buktikan bahwa Dulu Arab Saudi Subur dan Hijau

3 November 2018 17:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kota Mekkah, Arab Saudi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Mekkah, Arab Saudi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Studi yang dipimpin oleh peneliti dari University of New South Wales (UNSW) Sydney menunjukkan bahwa di masa lalu ternyata Arab Saudi dan wilayah Jazirah Arab lainnya, bukanlah wilayah gersang dan gurun seperti yang kita kenal sekarang.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, pada masa Pleistosen Tengah, sekitar 500.000 hingga 300.000 tahun lalu, Jazirah Arab ternyata merupakan wilayah padang rumput yang hijau dan lembab dan dihuni oleh hewan seperti gajah, macan tutul, dan burung air.
Karena itu, pada saat nenek moyang manusia mulai bermigrasi keluar dari Afrika dan menuju Jazirah Arab, mereka ternyata tidak perlu beradaptasi dengan wilayah gurun yang kering karena wilayah Jazirah Arab masih hijau.
Studi ini dilakukan terhadap fosil hewan yang ditemukan di situs Ti’s al Ghadah, Gurun Nefud, di utara Arab Saudi. Mereka menemukan adanya sayatan pada fosil hewan tersebut. Bukan hanya itu, peneliti juga menemukan alat batu yang menjadi bukti bahwa nenek moyang manusia telah berada di Jazirah Arab 500.000 hingga 300.000 tahun lalu dan mereka melakukan perburuan terhadap hewan-hewan yang tinggal di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal lain yang dibuktikan dari penemuan alat batu ini adalah kenyataan bahwa ternyata nenek moyang manusia telah menghuni Jazirah Arab 100.000 tahun lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Fosil mamalia yang ditemukan di Ti’s al Ghadah, Arab Saudi (Foto: Palaeodeserts Project (Ian R. Cartwright))
zoom-in-whitePerbesar
Fosil mamalia yang ditemukan di Ti’s al Ghadah, Arab Saudi (Foto: Palaeodeserts Project (Ian R. Cartwright))
“Ti's al Ghadah adalah salah satu situs paleontologi yang paling penting di Jazirah Arab,” kata Mathew Stewart, kandidat PhD dari UNSW yang menjadi penulis utama riset ini, dalam pernyataannya kepada UNSW Media.
“Penemuan kami di Ti’s al Ghadah merupakan penemuan fosil pertama yang menunjukkan hubungan hominini awal dengan kumpulan fosil yang ditemukan di Jazirah Arab. Penemuan ini menunjukkan bahwa nenek moyang kita mengeksploitasi hewan-hewan yang berada di wilayah yang subur,” kata Michael Petraglia dari Max Planck Institute for the Science of Human History yang turut berkontribusi dalam riset ini
ADVERTISEMENT
Stewart mengatakan, meski terletak di antara Afrika dan Eurasia, Jazirah Arab kerap kali dilupakan ketika membicarakan sejarah ekspansi manusia. Namun, dengan mempertimbangkan model iklim, catatan mengenai gua dan danau, serta penemuan fosil hewan, maka muncullah dugaan bahwa Jazirah Arab merupakan wilayah yang hijau di masa lalu.
Begitu pun hasil analisis dari fosil hewan, ia menunjukkan bahwa Jazirah Arab adalah wilayah berumput dengan tingkat kekeringan yang serupa dengan wilayah sabana di Afrika Timur saat ini.