Konten dari Pengguna

Cawapres dan Analogi Ban Serep: Seberapa Vital Peran Mereka?

Fatih Al Khodhi'
Pekerja Teks Komersil & Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang
4 Januari 2024 15:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fatih Al Khodhi' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Capres-Cawapres 2024 - Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud, dan Prabowo-Gibran. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Capres-Cawapres 2024 - Anies-Cak Imin, Ganjar-Mahfud, dan Prabowo-Gibran. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, ban serep merupakan salah satu komponen penting ketika kita sedang berkendara. Memang, selama roda kendaraan masih berputar dengan lancar, peran ban serep acapkali dikerdilkan. Namun, ia akan menjelma menjadi sebuah komponen yang penting apabila roda kendaraan yang terpasang menghantam batuan yang keras, di situlah ban serep memainkan perannya.
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, ban serep acapkali dianalogikan dan dikaitkan dengan peran Wakil Presiden dalam menjalankan roda pemerintahan, analogi itu tidak jarang diiringi oleh opini tendensius yang mengkerdilkan peran Wakil Presiden. Menurut saya, jika ban serep merupakan makhluk hidup, rasa-rasanya ia pantas tersinggung jika ada seseorang yang menistakan fungsinya.
Ban serep harusnya setara dengan ban yang terpasang. Apalagi, ban serep tersebut digunakan untuk menjadi pendamping dari Presiden, tentu kita sama-sama memahami bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan terdapat banyak ranjau paku yang menanti ke depannya.
Lalu, sebenarnya sepenting apa sih punya Wakil Presiden? Begini, negara ini pernah mempunyai Mohammad Hatta, Jusuf Kalla (pada era pemerintahan SBY), atau Megawati Soekarnoputri (pada era pemerintahan Gus Dur) yang dinilai telah menjalankan fungsi cukup vital ketika diberi amanah menjadi Wakil Presiden.
ADVERTISEMENT
Namun, secara konstitusional, ruang dan peran Wakil Presiden memang terkesan samar, tidak tertulis secara rinci di UUD 1945. Konstitusi di negara ini hanya menyatakan, “Dalam melakukan kewajibannya, presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden”. Artinya, seorang Wakil Presiden merupakan makhluk yang harus se-iya dan se-kata dengan Presiden yang didampinginya.
Bahkan, paska seorang Mohammad Hatta mundur pada 1956, Bung Karno bisa melewati nyaris satu dekade sebagai “single fighter” tanpa seorang Wakil Presiden. Tinta sejarah tersebut yang setidaknya memvalidasi opini orang-orang yang mengkerdilkan peran Wakil Presiden dan menganalogikannya sebagai ban serep yang hanya bisa bekerja jika terjadi “sesuatu” dengan Presiden. Sisanya, Wakil Presiden tidak lebih dari suplemen elektabilitas yang dimanfaatkan untuk mengeruk suara semaksimal mungkin.
ADVERTISEMENT
Jika kita berpikir secara objektif dan adil, akui sajalah, pemilihan Muhaimin Iskandar sebagai Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Anies Baswedan merupakan pilihan yang didasari oleh kepentingan menarik dukungan dari pemilih di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi basis konstituen daripada Partai Kebangkitan Bangsa, sebuah partai politik yang hari ini dipimpin oleh seorang Muhaimin Iskandar.
Pun juga, pemilihan Gibran Rakabuming Raka sebagai Calon Wakil Presiden dari Prabowo Subianto alasannya tidak jauh dari hitung-hitungan politik yang berusaha menarik basis konstituten pemilih Jokowi untuk mendukung Prabowo Subianto.
Kembali ke pembahasan Wakil Presiden. Sebenarnya, ada banyak olok-olok tentang posisi ini. Pertama, ada sebuah kutipan yang saya ingat dari film Vice yang dibintangi oleh Christian Bale, ada sebuah cuplikan yang mengatakan bahwa “Vice President just waits for the President to die”.
ADVERTISEMENT
Ada pula Will Rogers, aktor Hollywood tersebut pernah melempar satire. Katanya, Wakil Presiden merupakan pekerjaan terenak di dunia karena yang harus dilakukan setiap hari hanya bangun pagi lalu bertanya “apa kabar Presiden hari ini?”. Atau yang lebih ceplas-ceplos lagi, Joe Biden yang hari ini menjadi Presiden Amerika Serikat pernah mengatakan “It’s easy being Vice President, you don’t have to do anything”.
Namun, saya selalu merasa bahwa Wakil Presiden merupakan salah satu pekerjaan yang unik. Ia mungkin dianggap menghabiskan banyak waktu yang tidak berguna, tapi sebenarnya dalam sekedipan mata ia bisa menjadi orang paling penting seantero negeri. Pun juga, peran Wakil Presiden seharusnya bisa menjadi peran yang sangat krusial, ia merupakan pendamping daripada Presiden, orang paling penting yang merumuskan dan menetapkan kemana arah negara ini mau dibawa.
ADVERTISEMENT
Sudah sepatutnya, Wakil Presiden memiliki kualitas yang sama atau bahkan lebih baik daripada Presiden itu sendiri, ia bisa menjelma menjadi pembisik atau teman diskusi yang paling dekat dengan Presiden, yang bisa turut andil merumuskan kebijakan untuk negeri ini. Jadi, apakah kita masih mau menutup mata pada kualitas Calon Wakil Presiden?