Konten dari Pengguna

Cerita Pendek Rindu

Muhammad Yaasiin Fadhilah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 Oktober 2022 15:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Yaasiin Fadhilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
by: Yaasiin
zoom-in-whitePerbesar
by: Yaasiin
ADVERTISEMENT
Cerita pendek "Rindu"
by: Yaasiin
“Aku pulang” Si Suami membuka pintu. Di ruang tamu ada Si Istri yang sedang duduk di bangku menonton tv melihat ke arahnya. Si Suami langsung duduk di bangku dekat Si Istri duduk. “Eh, kamu pulang mas,” kaget.
ADVERTISEMENT
"Gimana hari ini mas? Kamu terlihat sangat capek hari ini."
“Ya, aku hari ini sangat cape karena harus menyelesaikan pekerjaanku yang menumpuk, dan akhirnya aku harus lembur” kata si suami sambil melepas sepatu.
Saat itu malam pukul 22:00 WIB. “Tapi aneh lo, rasa capek ini bisa hilang seketika, ketika aku melihat wajah kamu, iya, seperti gula yang dipanaskan, larut begitu saja.” Kata Si Suami.
Si Istri senyum, tipis. “Kamu dari dulu enggak pernah berubah ya, selalu bisa bikin aku salting”
Setelah melepas sepatu, Si Suami pergi ke kamar tidur. Namun Si Istri hanya diam memandangnya.
Tak lama kemudian, Si Suami kembali keluar kamar dan duduk di bangku dekat Si Istri. “Beruntung sekali aku mas, bisa mendapatkan suami seperti kamu” kata Si Istri dengan perasaan yang haru, memandangi wajah Si Suami dengan mata yang berkaca-kaca. Si Suami menatap balik wajah Si Istri “Aku juga sangat beruntung bisa mendapatkan istri seperti kamu, baik, perhatian, penyayang, dan cantik.”
ADVERTISEMENT
Si Istri menarik napas panjang. “Kamu ingat enggak, saat kamu melamar aku?”
“Ingat dong, aku melamar kamu di mobil saat itu, di mobil kita berdua yang harus ngumpulin duit bareng dulu buat beli mobilnya, lucu ya kalau diingat-ingat.” jawab Si Suami Tersenyum.
Si Istri juga tersenyum, “Kamu melamar aku pas lagi di lampu merah, waktu itu mobil yang ada di belakang kita sampai mengklakson karena enggak jalan pas lampu hijau”
“Lagian kamu sih jawabnya kelamaan, aku sampai lupa kalau kita sedang berada di lampu merah karena menunggu jawabanmu, hahaha.”
“Setelah mobil belakang tinnnnn, aku langsung jawab, iya aku terima kamu, tapi kalau diperhatikan kesannya aku menerima kamu karena aku kaget terus keceplosan.” lanjut Si Istri dengan tawa kecil.
ADVERTISEMENT
“Waktu kamu jawab terima, aku mau nangis lo rasanya, hatiku berdegup meriah seperti petasan malam tahun baru, dan berulang kali hatiku mengatakan, ‘akhirnya kau mendapatkannya!!’ ”
“Setelah menikah kita sering jalan-jalan ya, tapi akhir-akhir ini kita jadi jarang keluar rumah untuk jalan-jalan, pemerintah belum mengizinkan untuk keluar rumah, karena penyebaran virus yang masih tinggi, kamu pasti bosan ya di rumah terus setiap hari.”
“Enggak mas, aku enggak bakalan bosan di rumah terus, selagi kamu selalu pulang.”
Si Istri duduk, diam. Mengusap matanya yang hampir saja mengeluarkan air mata.
“Kamu kenapa? kamu menangis?” Tanya Si Suami.
“Enggak kenapa-kenapa, cuman kelilipan saja”
Si Suami bangun dari tempat duduknya, dan menuju kamar sambil mengajak Si Istri.
ADVERTISEMENT
“Ayuk sudah malam, kita tidur.” ajak Si Suami.
“Iya.”
Si Suami langsung berbaring di kasur, sedangkan Si Istri duduk di pinggir kasur, memandangi Si Suami dengan air mata yang masih menetes.
“Mas, besok, kita pergi ke makam ya.” Kata Si Istri.
Si Suami tidak menjawab, Si Istri lalu berbaring membelakangi Si Suami. Esok paginya, Si Istri terbangun dengan melihat bahwa Si Suami sudah tidak ada di sebelahnya, dia segera bergegas mengambil handuk lalu ia mandi. setelah mandi dan siap-siap dia pergi menuju pemakaman, setelah sampai di sana, ternyata Si Suami sudah ada di sana, berdiri di samping makam, Si Istri kaget dan perlahan menghampirinya.
“Mas.”
Si Suami tidak menjawab ia hanya memandangi makam yang ada di depannya.
ADVERTISEMENT
“Mas.” Panggil Si Istri menahan tangis.
“Kenapa namaku ada di sini?” Tanya suami bingung tidak percaya, melihat ke arah istrinya. Air mata yang bercucuran semakin deras dari mata istrinya. Dengan sesak di dada dia berkata. “Tiga hari yang lalu, sebelum kamu pulang, kamu menelepon aku, katanya kamu akan pulang lebih lambat, saat di perjalanan pulang kamu mengantuk dan menabrak sebuah truk dari arah yang berlawanan. Menghantam mobil dengan kuat, sampai terpental jauh dan kepalamu terbentur batu beton dengan sangat keras."
Si suami perlahan meraba kepalanya yang sudah rusak, remuk dan tak berbentuk, hanya tersisa sebagian saja. Si Suami hanya terdiam sedih dan kembali melihat ke arah istrinya. "Kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu enggak bilang?”
ADVERTISEMENT
Si Istri menangis sambil berkata. “Karena aku rindu kamu, mas.”