Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
3 Paradigma Utama dalam Ekonomi Politik Global, Mana yang Lebih Unggul?
16 Oktober 2022 18:57 WIB
Tulisan dari Luh Eka Puja Aryanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonomi politik global merupakan suatu ikatan antara ekonomi dan politik dalam mengalokasikan sumber daya dengan segala sesuatu yang melintasi batas negara.
ADVERTISEMENT
Faktor yang melatarbelakangi adanya ekonomi politik global adalah munculnya fenomena negara kurang berkembang, pertumbuhan perusahaan multinasional, kenaikan harga minyak, dan kekhawatiran akan kelangkaan bahan dasar dan energi diawal tahun 1970-an.
Ada tiga paradigma utama dalam ekonomi politik global, yaitu:
1. Merkantilisme
Merkantilisme atau nasionalisme-ekonomi atau yang lebih dikenal dengan realisme politik dipopulerkan oleh Adam Smith pada tahun 1776. Merkantilisme populer di kalangan penstudi Eropa pada abad ke-16 dan ke-18. Paradigma merkantilis ini populer untuk pemerintahan yang sedang melakukan pembinaan kekuatan karena memerlukan pengintegrasian politik dan ekonomi, sehingga negara yang menjadi aktor utama secara efektif dan rasional mengatur perekonomian untuk meningkatkan kekuasaan negara. Merkantilisme terbagi menjadi merkantilisme klasik dan merkantilisme modern.
ADVERTISEMENT
Merkantilisme Klasik
Dalam merkantilisme klasik pemerintah lebih dahulu mempromosikan industrinya dengan mengimpor bahan baku murah yang beriringan dengan menerapkan kewajiban protektif atas barang-barang manufaktur impor. Dalam hal ini ekspor harus didorong, sehingga tidak membebani negara dan masyarakat menjadi lebih sejahtera.
Menurut Thomas Oatleyer (2011), mekantilisme klasik pada dasarnya mematuhi tiga proposisi utama yaitu:
1. Merkantilisme klasik berpendapat jika kekayaan dan kekuasaan nasional memiliki hubungan yang erat.
2. Kekayaan hanya bisa diperoleh dari perdagangan dan satu-satunya cara untuk memiliki keseimbangan perdagangan adalah dengan mendorong ekspor dan mencegah terjadinya impor.
3. Beberapa kegiatan perekonomian lebih berharga.
Merkantilisme Modern
1. Kekuatan ekonomi merupakan komponen penting dari kekuatan nasional.
2. Perdagangan disiapkan untuk ekspor, tetapi pemerintah sebisa mungkin harus mencegah terjadinya impor.
ADVERTISEMENT
3. Beberapa bentuk kegiatan ekonomi lebih berharga daripada yang lainnya.
4. Kebijakan dari merkantilis modern adalah adanya penerapan tarif impor, subsidi industri dalam negeri, devaluasi mata uang, dan pembatasan migrasi tenaga kerja asing.
Kelemahan dari Merkantilisme
Karena aktor utama merkantilisme adalah negara sehingga negaralah yang mengatur perekonomian, sehingga membuat adanya zero-sum game yang artinya jika sebuah negara mendapatkan keuntungan maka negara pesaing akan kalah atau rugi.
2. Liberalisme
Liberalisme muncul pada abad ke-18 dan ke-19 bersamaan dengan revolusi industri di Inggris. Paradigma ini muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap merkantilisme oleh Adam Smith dan David Ricardo. Mereka menganggap jika pengendalian ekonomi domestik dan internasional dalam merkantilisme sangatlah berlebihan.
Yang mana Adam Smith ([1776]1983) menyarankan agar negara dapat membebaskan perdagangan serta menciptakan pasar nasional dan internasional yang lebih besar sebagai metode untuk menghasilkan kekayaan untuk semua orang.
ADVERTISEMENT
Kemudian David Ricardo ([1817]1992) juga memperkenalkan teori revolusioner keunggulan komparatif (comparative advantage), yang menunjukkan jika semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan bebas bahkan ketika mereka tidak berkompetisi dengan negara lain.
Teori dari Adam Smith dan David Ricardo ini didasari oleh gagasan mengenai kedaulatan pasar dalam proses ekonomi serta mengasumsikan adanya keseimbangan kepentingan di antara berbagai bangsa.
Dalam liberal yang menjadi aktor utamanya adalah individu konsumen, perusahaan, dan wirausahawan, karena menurut liberal individu akan selalu berusaha untuk memaksimalkan hasil. Dengan adanya Tindakan rasional (rational choice) merupakan tindakan yang didasari pada kalkulasi untung rugi atas berbagai kemungkinan pilihan yang menghasilkan kepuasan pelanggan.
Liberalisme juga percaya jika setiap individu dapat memperoleh keuntungan dari adanya hubungan ekonomi, meskipun keuntungannya tidaklah terlalu besar.
ADVERTISEMENT
Meskipun dalam liberalisme individu sebagai aktor utamanya, negara masih memiliki peran di dalamnya sebagai pengawas dalam menentukan kebijakan fiskal dan penyedia pondasi untuk mekanisme pasar.
Kelemahan dari Liberalisme
Meskipun liberalisme membebaskan pasar, namun hal tersebut dapat memicu munculnya ketidakseimbangan antara yang miskin dengan yang kaya.
3. Marxisme
Marxisme atau perspektif radikal berkembang karena adanya kritik terhadap perspektif liberal di abad ke-19, yang mana kaum marxisme ini melihat jika kapitalisme dan pasar telah menciptakan suatu perbedaan yang ekstrim, yaitu kekayaan untuk kaum kapitalis (borjuis) dan kemiskinan untuk kaum buruh (proletar).
Munculnya masa revolusi industri (1760-1850) dimana semua pekerjaan manusia mulai tergantikan dengan mesin. Pada masa ini juga menimbulkan adanya kelas-kelas sosial, seperti kaum borjuis (kelompok yang mempunyai modal) dan kaum proletar (kelompok buruh).
ADVERTISEMENT
Kapitalisme dicirikan dengan kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, sehingga sebagai pemilik modal kapitalis mengendalikan proses produksi dan mengambil alih produk yang diciptakan oleh pekerja/buruh.
Kelemahan dari Marxisme
Perspektif marxisme terlalu menekankan kelas sebagai variabel dari penyebab kegiatan ekonomi.
Menurut saya, dari ketiga paradigma di atas, perspektif liberal sangatlah menguntungkan, karena setiap orang akan mendapatkan keuntungan, meskipun tidak sama-sama besar. Tidak seperti perspektif merkantilisme, jika suatu negara mendapatkan keuntungan, maka negara pesaing akan rugi.
Dapat dilihat jika saat ini banyak negara yang menganut perspektif liberal ekonomi, seperti Denmark, Jerman, dan Prancis.