Konten dari Pengguna

Modernisasi Ekonomi: Keberhasilan dan Tantangan Melalui Perspektif Teori Rostow

Luh Eka Puja Aryanti
Mahasiswa Hubungan Internasional UNUD
30 Juli 2024 10:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Luh Eka Puja Aryanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Walt Whitman Rostow ;Berkas DPR
zoom-in-whitePerbesar
Foto Walt Whitman Rostow ;Berkas DPR
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara mengenai pembangunan, tidak luput dari modernisasi yang sedang terjadi. Teori modernisasi dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1950an dan digagas oleh para intelektual sebagai respon terhadap Perang Dunia II. Teori ini berkaitan dengan perang dingin antara ideologi sosialisme dan kapitalisme (Fakih, 2001: -53). Teori ini juga merupakan bentuk respon intelektual terhadap Perang Dunia II yang berujung pada munculnya negara-negara ‘Dunia Ketiga’. Negara ‘Dunia Ketiga’ adalah negara-negara bekas jajahan perang yang diperjuangkan oleh para pelaku Perang Dunia II. Kelompok ‘Dunia Ketiga’ merupakan negara-negara dengan sejarah kolonialisme yang panjang, yang berusaha menyelesaikan masalah-masalah seperti kemiskinan, pengangguran, masalah kesehatan, rendahnya pendidikan, kerusakan lingkungan, kebodohan, dan banyak masalah lainnya melalui pembangunan.
ADVERTISEMENT
Teori modernisasi pada awalnya merupakan cara berpikir terkait perubahan sosial. Kajian modernisasi yang berfokus pada negara-negara ‘Dunia Ketiga’ mengkaji perubahan sosial yang terjadi di ‘Dunia Ketiga’. Modernisasi sebagai gerakan sosial bersifat revolusioner (perubahan cepat dari tradisi ke modernitas), bersifat kompleks dan sistematis, menjadi gerakan mendunia yang mempengaruhi masyarakat melalui proses bertahap, dan bersifat progresif (Fakih, 2001: 53-54). Huntington dalam Suwarsono dan So (1994) menyatakan bahwa teori modernisasi merupakan anak dari metafora evolusi. Teori evolusi menyatakan bahwa perubahan sosial pada hakekatnya adalah suatu gerak yang searah, linier, berangsur-angsur dan berangsur-angsur, yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat dari primitif ke modern, dan di dalamnya masyarakat mempunyai bentuk dan struktur yang serupa.
ADVERTISEMENT
Pada ‘Dunia Ketiga’, indikator pembangunan diukur dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan kemajuan teknologi. Berbagai teori Barat diterapkan oleh pemerintah, salah satu yang paling terkenal adalah pengembangan lima tahap teori Rostow. Walt Whitman Rostow merupakan seorang ekonom Amerika Serikat dalam bukunya yang terkenal “The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto”, Rostow menjelaskan jika pengembangan Pembangunan suatu negara harus melalui 5 tahapan, selain itu pembangunan juga harus bersifat ekonomi dan negara berkembang harus mengikuti jalur yang sama untuk menuju pembangunan ekonomi yang lebih maju. Teori Rostow ini sangat populer sehingga diadopsi hampir setiap negara dunia ketiga dalam 20 tahun terakhir.
Teori pembangunan ekonomi dari Rostow sangatlah popular dan mendapat komentar terbanyak dari para ahli. Menurut klasifikasi Todaro, teori Rostow tergolong model tahapan linier. Menurut Rostov, proses pembangunan ekonomi dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
ADVERTISEMENT
1. Masyarakat tradisional
Masyarakat tradisional memiliki tingkat produktivitas dan produksi yang masih terbatas, kemudian struktur sosial dalam pertanian masih bersifat hirarkis yang mana hubungan kekeluargaan masih kental pengaruhnya dalam menentukan kedudukan seseorang, di tingkatan Masyarakat tradisional kebijaksanaan pemerintah pusat dipengaruhi oleh pemilik tanah yang berkuasa.
2. Persyaratan untuk tinggal landas
Tahapan kedua ini didefinisikan oleh Rostow sebagai masa transisi. Tahapan ini dicapai oleh Eropa, Asia Timur, Timur Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan cara merubah masyarakat tradisional lama, kemudian negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru dilakukan tanpa merubah Masyarakat tradisional lama
3. Tinggal landas
Tahapan ini dicirikan sebagai pertumbuhan ekonomi yang telah dinamis. Adanya perkembangan satu atau beberapa sektor industri yang meningkat tinggi, serta tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses ekonomi. Pada tahapan ini, kemajuan tidak hanya diukur berdasarkan angka (kuantitatif) melainkan dapat juga dilihat berdasarkan kualitatifnya dengan kesejahteraan yang dirasakan masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
4. Tahap menuju kedewasaan
Pada tahapan ini, Rostow mengartikannya sebagai tahapan ketika masyarakat dengan efektif menerapkan teknologi modern dalam kehidupan sehari-hari.
5. Masa konsumsi tinggi
Pada tahapan ini, masyarakat telah hidup sejahtera. Masyarakat di tahapan ini dikatakan sebagai masyarakat multikultural yang tidak lagi memikirkan masalah produksi dan investasi, melainkan berfokus pada social welfare. Pada tahun 1920-an Amerika Serikat merupakan negara pertama yang telah mencapai tahapan ini dan kemudian diikuti oleh Inggris pada tahun 1930-an.
Teori modernisasi yang dikembangkan oleh Rostow menawarkan pandangan optimis bahwa setiap negara dapat mencapai pembangunan ekonomi yang efektif dengan mengikuti tahapan yang sama seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara maju (Barat). Namun, pandangan ini tidak dapat dipahami secara sepenuhnya tanpa mempertimbangkan kritik yang muncul terhadap teori modernisasi. Salah satu kritik utama adalah bahwa teori ini mengabaikan keragaman historis, budaya, dan sosial yang ada di berbagai negara. Setiap negara memiliki konteks yang unik, termasuk sejarah kolonialisme, struktur politik, dan perubahan sosial yang telah memengaruhi jalur pembangunannya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, ‘Dunia Ketiga’ atau negara berkembang yang sering mengalami masalah infrastruktur buruk, korupsi, serta ketidakstabilan politik yang memengaruhi upaya mereka untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menjadi sulit. Dalam konteks ini, pendekatan pembangunan yang hanya berfokus pada aspek ekonomi, seperti yang dinyatakan oleh Rostow, dapat dianggap terlalu sempit dan tidak memadai untuk menangani tantangan yang dihadapi oleh negara-negara ini.
Contoh yang menarik adalah perbandingan antara Korea Selatan dan Ghana. Korea Selatan berhasil melonjak kedalam kategori negara maju dengan ekonomi yang kuat, sementara Ghana masih mengalami tantangan besar dalam mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Di sisi lain, Ghana mengalami tantangan seperti instabilitas politik, kurangnya diversifikasi ekonomi, dan masalah-masalah struktural lainnya yang menghambat pertumbuhan ekonominya.
ADVERTISEMENT
Hal ini terjadi karena adanya gap antara Korea Selatan dengan Ghana. Dimana Korea Selatan telah berhasil melalui 5 tahapan pembangunan ekonomi Rostow, Korea Selatan mampu mengikuti tahapan itu dengan mampu mengembangkan industri dan meningkatkan produktivitasnya sehingga kualitas hidup masyarakat Korea Selatan tergolong makmur. Sedangkan Ghana sebagai negara berkembang masih berada di tahapan awal pengembangan industri dan infrastruktur
Dengan melihat kasus ini, dapat disimpulkan bahwa keberlakuan teori modernisasi dalam pembangunan ekonomi negara berkembang tidaklah mutlak. Setiap negara memiliki konteks dan tantangan yang berbeda, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual dalam merumuskan strategi pembangunan ekonomi yang efektif. Meskipun teori modernisasi menawarkan pandangan optimis tentang kemajuan pembangunan ekonomi, penggunaannya haruslah disertai dengan pemahaman yang mendalam tentang konteks dan tantangan yang dihadapi oleh setiap negara. Contoh kasus seperti Korea Selatan dan Ghana mengingatkan kita bahwa tidak ada satu jalur yang benar untuk mencapai kemajuan ekonomi, namun yang terpenting adalah kemampuan untuk beradaptasi dan merumuskan strategi yang sesuai dengan kondisi unik setiap negara. Dengan demikian, kita dapat memperkuat diskusi dan inovasi dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
ADVERTISEMENT