Konten dari Pengguna

Fluktuasi Harga Energi: Implikasinya terhadap Biaya Produksi dan Daya Saing

Almayra Arsy J
Mahasiswa Teknik Industri Universitas Airlangga
17 Januari 2025 12:24 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Almayra Arsy J tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pabrik (sumber: https;//pixabay.com/id/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik (sumber: https;//pixabay.com/id/)
ADVERTISEMENT
Fluktuasi harga energi, khususnya listrik, gas, dan bahan bakar, menjadi tantangan signifikan bagi sektor industri. Sebagai komponen utama dalam proses produksi, energi memiliki peran strategis dalam menentukan efisiensi biaya dan daya saing produk di pasar. Ketika harga energi naik, biaya produksi otomatis meningkat, yang pada akhirnya menekan margin keuntungan perusahaan(Sudarta, 2022). Kondisi ini memaksa pelaku industri menaikkan harga jual produk, yang berpotensi menurunkan daya saing, terutama di pasar global yang sangat kompetitif. Sebaliknya, penurunan harga energi secara tiba-tiba juga apat menciptakan ketidakstabilan dalam perencanaan anggaran dan investasi jangka panjang. Ketergantungan tinggi pada energi fosil seperti gas dan bahan bakar minyak memperparah dampak fluktuasi ini(IESR, 2019).
ADVERTISEMENT
Pasar energi global sangat dipengaruhi oleh faktor geopolitik, kebijakan pemerintah, dan permintaan pasar, sehingga harga energi sulit diprediksi. Bagi negara yang sebagian besar energinya masih diimpor, volatilitas harga internasional memberikan dampak ganda pada neraca perdagangan dan stabilitas ekonomi domestik. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh industri besar, tetapi juga usaha kecil dan menengah (UKM) yang memiliki daya tahan finansial lebih rendah terhadap perubahan harga(Badan Kebijakan Fiskal, 2024). Sementara itu, pelaku usaha sering kali harus menanggung biaya tambahan akibat infrastruktur energi yang kurang memadai, seperti distribusi yang tidak efisien atau pemadaman listrik yang kerap terjadi.
Solusi untuk mengatasi dampak fluktuasi harga energi memerlukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, perusahaan dapat menerapkan strategi efisiensi energi melalui audit energi dan penggunaan teknologi hemat energi. Langkah-langkah seperti mengganti mesin-mesin lama dengan yang lebih efisien, mengoptimalkan proses produksi, serta memanfaatkan sistem manajemen energi berbasis digital dapat mengurangi konsumsi energi(PERBANAS, 2024). Selain itu, diversifikasi sumber energi, seperti beralih ke energi terbarukan, menjadi strategi efektif. Pemasangan panel surya di fasilitas produksi, misalnya, dapat mengurangi ketergantungan pada listrik dari jaringan utama yang harganya cenderung fluktuatif.
ADVERTISEMENT
Dalam jangka panjang, pemerintah dan pelaku industri perlu berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem energi yang stabil dan berkelanjutan. Kebijakan subsidi energi yang lebih terarah untuk sektor produktif dapat membantu menjaga daya saing industri tanpa membebani anggaran negara secara berlebihan. Investasi dalam pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa harus diprioritaskan. Pemanfaatan energi terbarukan tidak hanya mengurangi dampak fluktuasi harga energi, tetapi juga mendukung mitigasi perubahan iklim yang menjadi isu global(Cahyaputraet al., 2024).
Peningkatan infrastruktur energi menjadi hal penting. Pembangunan jaringan listrik yang andal dan efisien dapat mengurangi biaya distribusi energi. Selain itu, diversifikasi sumber energi nasional melalui eksplorasi gas alam dan pengembangan teknologi penyimpanan energi dapat membantu menciptakan pasokan energi yang lebih stabil. Pengembangan teknologi seperti baterai penyimpanan energi skala besar juga dapat mendukung stabilitas sistem energi, terutama untuk mendukung integrasi energi terbarukan yang cenderung bersifat intermiten(Tampubolon & Kiono, 2021). Pelaku industri juga perlu memperkuat perencanaan keuangan. Strategi lindung nilai (hedging) dapat digunakan untuk melindungi diri dari risiko fluktuasi harga energi di pasar internasional.
ADVERTISEMENT
Edukasi dan pelatihan manajemen energi bagi pelaku industri juga sangat penting. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penggunaan energi, perusahaan dapat mengidentifikasi area yang memiliki potensi penghematan energi(Tri Bagus Prabowo & Rezya Agnesica Sihaloho, 2023). Pemerintah dapat mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan melalui program insentif, seperti subsidi atau pengurangan pajak bagi perusahaan yang mengadopsi teknologi hemat energi. Selain itu, pembentukan pusat inovasi energi yang menyediakan akses terhadap penelitian dan pengembangan teknologi baru dapat membantu pelaku industri menghadapi tantangan energi secara lebih efektif.
Dampak fluktuasi harga energi memang tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, tetapi dapat diminimalkan melalui langkah-langkah strategis. Sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam membangun sistem energi yang efisien dan berkelanjutan adalah kunci menghadapi tantangan ini. Dengan pendekatan yang tepat, tidak hanya biaya produksi yang dapat ditekan, tetapi juga daya saing produk nasional di pasar internasional dapat meningkat.Fluktuasi harga energi juga dapat menjadi momentum untuk melakukan inovasi dan transformasi di sektor energi dan industri(Kementerian PPN/ Bappenas, 2021). Dengan mengelola tantangan ini secara bijak, sektor industri tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dalam lingkungan ekonomi global yang semakin dinamis. Transformasi ini juga berpotensi menciptakan peluang baru dalam pengembangan teknologi dan lapangan kerja di sektor energi terbarukan(Batam, 2024). Dengan demikian, pengelolaan yang strategis atas fluktuasi harga energi dapat membawa manfaat jangka panjang yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Batam, U. I. (2024). PENTINGNYA KESADARAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA TAHUN 2021 HINGGA 2024 THE IMPORTANCE OF INFLATION AWARENESS TO ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA 2021 TO 2024. September, 2645–2654.
Cahyaputra, V. A., Mukhlis, R. A., Elizabeth, I., & Sihaloho, E. D. (2024). DAMPAK PENERAPAN NET ZERO EMISSION TERHADAP. 18(2), 86–98.
IESR. (2019). Dinamika Batu Bara Indonesia: Menuju Transisi Energi yang Adil. Institute for Essential Services Reform (IESR), 1, 1–12. http://iesr.or.id/wp-content/uploads/2019/04/SPM-bahasa-lowres.pdf
Kementerian PPN/ Bappenas. (2021). Ekonomi Hijau untuk Mencapai Nol Bersih Emisi di Masa Mendatang: Membangun Kembali Indonesia dengan Lebih Baik Pascapandemi COVID-19 melalui Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (LCDI). Lcdi, 1–108.
Peran Kebijakan Untuk Mendukung Ekosistem Sektor Perumahan TINJAUAN EKONOMI, O. (2024). Ulasan Khusus: Mewaspadai Risiko Gejolak Ekonomi dan Geopolitik Dunia.
ADVERTISEMENT
PERBANAS. (2024). Evaluasi Ekonomi dan Sektor Perbankan Indonesia 2023 dan Outlook 2024. Https://Perbanas.Org/Uploads/Pustaka/1711444367-Buku_Outlook%20Perbanas%202024%20-Digital.Final.Pdf, 38.
Sudarta. (2022). 済無No Title No Title No Title (Vol. 16, Issue 1).
Tampubolon, A. P. C., & Kiono, B. F. T. (2021). Overview Perkembangan Pemanfaatan Energi Primer Gas Bumi Di Indonesia. Jurnal Energi Baru Dan Terbarukan, 2(1), 36–52. https://doi.org/10.14710/jebt.2021.10049
Tri Bagus Prabowo, & Rezya Agnesica Sihaloho. (2023). Analisis Ketergantungan Indonesia Pada Teknologi Asing Dalam Sektor Energi dan Dampaknya Pada Keamanan Nasional. Jurnal Lemhannas RI, 11(1), 72–82. https://doi.org/10.55960/jlri.v11i1.426