Konten dari Pengguna

Preeklamsia: Perjuangan Perempuan yang Masih Belum Usai Sejak Zaman Kartini

Berliana Putri
Lulusan sarjana Keperawatan dan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Surabaya. Aktif di bidang riset, organisasi, dan relawan pada bidang kesehatan komunitas.
23 April 2025 14:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berliana Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Preeklampsia pada ibu hamil. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Preeklampsia pada ibu hamil. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Bulan April selalu identik dengan sosok R.A. Kartini — pejuang emansipasi perempuan Indonesia yang gagasannya jauh melampaui zamannya. Tapi di balik semangatnya yang membara, Kartini juga adalah seorang ibu muda yang harus menghadapi kenyataan pahit yang masih dialami banyak perempuan hingga hari ini: preeklamsia.
ADVERTISEMENT

Kartini Meninggal Akibat Preeklamsia

Tak banyak yang tahu, Kartini meninggal di usia sangat muda, 25 tahun, hanya empat hari setelah melahirkan anak pertamanya, Soesalit Djojoadhiningrat. Sejumlah catatan sejarah dan tinjauan medis menyebutkan, Kartini mengalami gejala khas preeklamsia: tekanan darah tinggi yang tak terkendali, kejang, hingga akhirnya meninggal dunia.
Kondisi ini dikenal saat itu sebagai “keracunan kehamilan” — penyakit yang belum bisa dipahami sepenuhnya di masanya, dan sayangnya, hingga kini masih menjadi penyebab kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Ilustrasi Kartini dan Perempuan Preeklamsi. Sumber: Pribadi

Apa Itu Preeklamsia?

Preeklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ, seringkali ginjal dan hati, setelah usia kehamilan 20 minggu. Gejalanya meliputi sakit kepala hebat, pandangan kabur, pembengkakan, hingga nyeri di perut bagian atas. Jika tak segera ditangani, bisa berkembang menjadi eklampsia — kondisi yang memicu kejang, koma, hingga kematian bagi ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT

Perempuan, Kesehatan, dan Perjuangan yang Belum Usai

Di masa Kartini, perjuangan perempuan adalah soal pendidikan dan kebebasan berpendapat. Kini, perjuangan itu masih terus berlangsung di ruang-ruang bersalin, klinik desa, hingga rumah sakit modern. Preeklamsia masih menjadi penyebab kematian ibu terbesar di Indonesia.
Faktanya, masih banyak perempuan Indonesia yang belum mengenal bahaya preeklamsia, belum rutin memeriksakan kehamilan, atau belum memahami gejala-gejala awalnya. Padahal dengan pemeriksaan rutin dan edukasi, komplikasi ini bisa dideteksi lebih cepat dan ditangani dengan baik.

Kartini Zaman Sekarang: Berani Mengurus Kesehatan Diri

Perempuan hari ini punya kekuatan lebih: akses informasi, layanan kesehatan, dan kesadaran yang makin tinggi. Kartini zaman sekarang adalah mereka yang paham betapa pentingnya kontrol kehamilan rutin, mengenali gejala preeklamsia sejak dini, dan berani memperjuangkan hak atas kesehatannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Karena perjuangan sesungguhnya bukan hanya soal meraih pendidikan tinggi, tapi juga tentang menyelamatkan hidup diri sendiri dan generasi berikutnya.

Bulan Kartini, Saatnya Peduli

Bulan April ini, mari kita angkat kembali semangat Kartini, sekaligus ingat bahwa perjuangan perempuan belum sepenuhnya usai. Masih banyak ibu muda yang diam-diam berperang melawan preeklamsia.
Ayo bantu dengan langkah kecil: ajak mereka kontrol kehamilan rutin, edukasi tentang tanda bahaya, atau sekadar jadi teman bicara saat mereka butuh dukungan.