Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Mengapa Susu Impor Masih Menjadi Ketergantung Di Indonesia? Saatnya Kita Bangkit
4 November 2024 18:13 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Lukita Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki nilai impor susu yang lebih besar daripada nilai ekspornya. Kita masih bergantung pada susu impor karena kebutuhan konsumsi susu terus meningkat pesat setiap tahunnya dan sistem produksi susu di Indonesia masih belum bisa mencukupi permintaan konsumen. Terbukti dari Produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hanya dapat memenuhi sekitar 22% kebutuhan susu segar dalam negeri, sedangkan 78% sisanya berasal dari impor (BPS 2020)
ADVERTISEMENT
"Masalah ini disebabkan laju pertumbuhan produksi susu segar di dalam negeri, yaitu sebesar rata-rata 1 persen dalam enam tahun terakhir. Sehingga tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan bahan baku industri pengolahan susu yang tumbuh rata-rata 5,3 persen," sebut Putu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
"Kendala utama dalam pengembangan produksi susu segar dalam negeri (SSDN) adalah masih sedikitnya populasi sapi perah di Indonesia, sekitar 592 ribu ekor. Juga, rendahnya produktivitas sapi perah rakyat, yaitu 8-12 liter per ekor per hari. Serta tingginya rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu, mencapai 0,5-0,6," jelasnya
Kelangkaan susu segar ini seharusnya memberikan peluang besar bagi produsen susu dalam negeri untuk membangun agribisnis persusuan mereka. Namun peternak banyak harus harus mengatasi kendala seperti kualitas benih yang buruk dan kurangnya kapasitas budidaya, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan hewan. Kelangkaan ini menghambat pertumbuhan produksi susu di Indonesia, yang berdampak pada kualitas susu. Proses menghasilkan rumput hijau untuk pakan ternak juga dipengaruhi oleh kesulitan lahan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ukuran usaha yang kecil dan biaya transportasi menghalangi kemajuan produksi susu dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Harusnya kondisi ini bisa sangat menguntungkan pertumbuhan atau pengembangan agribisnis persusuan di Indonesia, dilihat pula dari kondisi geografis, ekologi dan lingkungan di Indonesia yang juga harusnya sudah mendukung, tinggal dimanfaatkan lebih baik saja. Yang Dimana kita bisa memiliki pasokan susu yang cukup, namun karena kurangnya pemanfaatan sumber daya untuk pengembangan agribisnis persusuan. Tentu ini sangat merugikan kita, diantaranya terkurasnya devisa nasional, menganggurnya sumber daya, dan kehilangan pendapatan pajak yang seharusnya diterima pemerintah jika sektor ini berkembang dengan baik. Ironisnya sebagian besar susu yang dibutuhkan Indonesia masih harus dari impor, karena kita tidak dapat melakukannya.
Faktor lain juga bisa mempengaruhi kurangnya pengembangan agribisnis persusuan, seperti pemerintah yang masih belum perhatian dan membantu dalam produksi susu sapi perah di daerah tersebut. Menurut Kementerian Pertanian dan Pusat Data menunjukkan bahwa Indonesia adalah importir susu terbesar di dunia. Produk susu yang di impor atau di ekspor berupa susu, yogurt, mentega, keju, dan dadih susu. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau rakyatnya sendiri, pemerintah di Indonesia masih sangat perlu bantuan atau bisa dibilang sudah bergantung pada susu impor. Impor susu Indonesia meningkat sebesar 314.698 ton per tahun, atau 1,34% per tahun, dari 2012 hingga 2021. Karena pasokan susu dalam negeri terbatas dalam hal ini, pemerintah harus mengimpor susu. Dengan impor 102,97 juta ton dari Selandia Baru, Selandia Baru merupakan importir susu terbesar dari Indonesia. Diikuti oleh Amerika Serikat (74,99 juta ton), Malaysia (43,32 ton), Australia (35,61 ton), Belgia (35,51 ton), Prancis (14,75 juta ton), dan Jerman (10,59 juta ton).
ADVERTISEMENT
Padahal sebagian besar susu dari impor itu berupa susu skim dan bubuk, mungkin jika dilihat memang benar mengimpor susu skim dan bubuk memudahkan pengirimannya, namun kualitas susunya pasti sudah berkurang dibandingkan kualitas susu asli. Serta jika untuk harga, harga susu skim dan bubuk lebih murah. Dengan rasio ekspor-impor susu sebesar 7,22% pada tahun 2021, nampak dari faktanya lebih dari 90% kebutuhan susu dalam negeri Indonesia dipenuhi oleh susu impor. Antara tahun 2012 dan 2021, nilai ekspor susu rata-rata meningkat sebesar 0,47% per tahun, sedangkan volume ekspor susu meningkat sebesar 0,61% per tahun. Selain itu, nilai impor susu meningkat sebesar 2,33%, sedangkan volume impor meningkat sebesar 1,34% per tahun menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.
ADVERTISEMENT
Dengan meningkatnya produksi susu sapi perah di Indonesia, mungkin kita juga dapat menurunkan harga susu sehingga masyarakat masih bisa menikmati susu asli yang berkualitas dengan harga terjangkau. Dalam hal ini dapat dikembangkan dengan jenis sapi baru, meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan tentang penerapan budidaya yang tepat (Good Farming Practices) dan regenerasi peternak sapi perah milenial. Untuk meningkatkan kualitas susu segar dan susu olahan, dengan melakukan Langkah perbaikan mutu genetik, kualitas pakan yang terjamin, peningkatan kualitas dan mendampingi GHP dan GMP kepada peternak.
Lalu pemerintah dapat memberi fasilitas sarana dan prasarana setelah panen dan pengolahan untuk UMKM, sertifikasi atau izin edar (MD/SPP-IRT/Organik), mempromosikan pembangunan lingkungan hidup (PKBL), mengembangkan program kerja sama, dan menggunakan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Serta fokus pada pertumbuhan komersial perusahaan dikombinasikan dengan penerbit dan asuransi peternakan. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya harus berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar mereka dengan mengoptimalkan manfaat dari aktor eksternal yang terkait dengan sistem agribisnis persusuan nasional. Hal ini berlaku untuk pelaku pasar agroindustri domestik dan asing.
ADVERTISEMENT
Untuk memaksimalkan pertumbuhan susu nasional, peternak, koperasi susu, dan Industri Pengolahan Susu (IPS) harus bekerja sama secara adil. Peternakan sapi perah dapat menstabilkan perekonomian masyarakat, meningkatkan nilai ekonomi tenaga kerja, dan dapat mengurangi kemiskinan yang ada di negara kita. Susu asli yang berkualitas tinggi juga membantu pertumbuhan anak- anak bangsa kita sendiri.